FILSAFAT
KETUHANAN
A.
Filsafat Ketuhanan
Adalah pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal
budi, maka dipakai pendekatan yang disebut filosofis. Bagi orang yang menganut
agama tertentu (terutama agama Islam, Kristen, Yahudi), akan menambahkan
pendekatan wahyu di dalam usaha memikirkannya. Jadi Filsafat Ketuhanan adalah
pemikiran para manusia dengan pendekatan akal budi tentang Tuhan.Usaha yang
dilakukan manusia ini bukanlah untuk menemukan Tuhan secara absolut atau mutlak, namun mencari pertimbangan
kemungkinan-kemungkinan bagi manusia untuk sampai pada kebenaran tentang Tuhan.
B.
Penelitian
tentang Allah dalam Ilmu Filsafat
Penelaahan tentang Allah dalam filsafat lazimnya disebut teologi
kodrati atau teodise. Hal ini bukan menyelidiki tentang Allah
sebagai obyek, namun eksistensi alam semesta, yakni makhluk yang diciptakan,
sebab Allah dipandang semata-mata sebagai kausa pertama, tetapi bukan pada
diri-Nya sendiri, Allah sebenarnya bukan materi ilmu, bukan pula pada teodise. Jadi pemahaman Allah di dalam agama harus
dipisahkan Allah dalam filsafat. Namun pendapat ini ditolak oleh para agamawan,
sebab dapat menimbulkan kekacauan berpikir pada orang beriman. Maka ditempuhlah
cara ilmiah untuk membedakan dari teologi dengan menyejajarkan filsafat
ketuhanan dengan filsafat lainnya (Filsafat manusia, filsafat alam dll). Maka
para filsuf mendefinisikannya sebagai usaha yang dilakukan untuk menilai dengan
lebih baik, dan secara refleksif,
realitas tertinggi yang dinamakan Allah itu, ide dan
gambaran Allah melalui sekitar diri kita.
C. Studi tentang tabiat Allah dan
kepercayaan
Ide tentang Allah pada orang beragama secara umum biasanya dijelaskan dalam tabiat Allah; "Yang
Maha Tinggi" (Anselmus mengatakan: "Allah adalah sesuatu yang lebih
besar dari padanya tidak dapat dipikirkan manusia)Yang Maha Besar, Yang Maha
Kuasa, Yang Maha Baik dan sebagainya. Menurut Anselmus, ajaran-ajaran kristiani
bisa dikembangkan dengan rasional, jadi tanpa bantuan otoritas lain (Kitab
Suci, wahyu, ajaran Bapa Gereja). Bahkan ia bisa menjelaskan
eksistensi Allah dengan suatu argumen yang bisa diterima bahkan juga oleh
mereka yang tidak beriman Eksistensi Allah dimulai dari pikiran manusia yang
menerima begitu saja ajaran agama, namun juga menanyakannya dari siapa dan
mengapa dirinya ada, alam alam, dan Allah sendiri bisa diterima adanya.
Beberapa sikap orang beriman dalam mencari pencerahan
akan adanya Allah.
· Manusia yang menerima begitu saja dikarenakan ajaran turun-temurun dari
para pendahulunya, manusia ditekankan harus percaya, bahkan tanpa bertanya
- Manusia mulai bertanya mengapa
dirinya ada? Mengapa alam ada?
- Kemudian menanyakan Allah
terkait; siapa, isinya, dan mengapa Dia ada?
Semua jawaban itu akan dijawab oleh para ahli
dalam bidang yang disebut teologi;
theos dan logos, ilmu tentang hubungan manusia dan ciptaan dengan ALlah.
Jawaban-jawabannya bisa sangat beragam, tergantung agama
dan kepercayaan yang mana yang memberikan jawaban. Namun setidaknya ada
beberapa kesimpulan yang mereka berikan sebagai jawaban:
-
Allah ada, dan adanya Allah
itu dapat dibuktikan secara rasional juga;
-
Allah ada, tetapi tidak
dapat dibuktikan adanya;
-
Tidak dapat diketahui
apakah Allah benar-benar ada;
-
Allah tidak ada, dan
ketentuan ini dapat dibuktikan juga.
Oleh
karena itu filsafat berusaha membuktikan keyakinan-keyakinan manusia itu
melalui berbagai jalan; metafisika, empirisme, rasionalisme, positivisme, spiritualisme
dll.
D. Teisme
Teisme adalah faham yang mempercayai adanya Tuhan.
Berasal dari bahasa Yunani Θεός=Teos dan νόμος=hukum=aturan=paham, jadi sebuah
aturan atau paham tentang Tuhan atau pengakuan adanya Tuhan. Di
bawah ini beberapa pemikir yang mempercayai adanya Allah, maka dengan begitu
mereka pasti orang beragama
E. Santo Agustinus (354-430)
Santo
Agustinus
percaya bahwa Allah ada dengan melihat sejarah dari drama penciptaan, yang melibatkan Allah dan manusia. Allah
menciptakan daratan untuk manusia, menciptakan manusia (Adam) yang berdosa melawan Allah. Lalu Adam dan Hawa diusir dari Taman Eden. Kemudian setelah manusia berkembang, mereka
berdosa lebih lagi dan dihukum dengan air bah dalam sejarah Nuh. Orang-orang Yahudi yang diberikan perjanjian Allah ternyata
tidak dapat memeliharanya sehingga dihukum melalui bangsa-bangsa lain. Lalu Allah yang maha
kasih menebus manusia melalui Yesus Kristus. Dari sejarah ini Allah dapat
selalu ada di tengah-tengah manusia. Memang Agustinus adalah Bapa gereja, Uskup dari Hippo yang membela eksistensi Allah dari pandangan-pandangan lain yang
ingin meruntuhkan paham teisme. Tuhan didefinisikan dari sifat-sifatnya;
maha tahu, maha hadir, kekal, pencipta segala sesuatu. Namun lebih lagi, Tuhan bukan ada begitu
saja, namun selalu terhubung dalam peristiwa-peristiwa besar manusia.
F. Thomas Aquinas (1225-1274)
Thomas Aquinas
menggabungkan pemikiran Aristoteles
dengan Wahyu
Kristen. Kebenaran iman dan rasa pengalaman bukan hanya
cocok, namun juga saling melengkapi; beberapa kebenaran,
seperti misteri dan inkarnasi
dapat diketahui melalui wahyu, sebagaimana pengetahuan
dari susunan benda-benda
di dunia, dapan diketahui melalui rasa pengalaman; seperti kesadaran manusia
akan eksistensi Allah, baik wahyu maupun rasa pengalaman dipakai untuk
membentuk persepsi tentang adanya Allah. Thomas Aquinas terkenal dengan lima
jalan (dalam Bahasa Latin; quinque viae ad deum) untuk mengetahui bahwa
Allah benar-benar ada.
· Jalan 1 adalah gerak,
bahwa segala sesuatu bergerak, setiap gerakan pasti ada yang menggerakkan,
namun pasti ada sesuatu yang menggerakkan sesuatu yang lain, namun tidak
digerakkan oleh sesuatu yang lain, Dialah Allah.
· Jalan 2 adalah sebab akibat,
bahwa setiap akibat mempunyai sebabnya, namun ada penyebab yang tidak
diakibatkan, Dialah sebab pertaman, Allah.
·
Jalan 3 adalah keniscayaan,
bahwa di dunia ini ada hal-hal yang bisa ada dan ada yang bisa tidak ada
(contohnya adalah benda-benda yang dahulu ada ternyata ada yang musnah, namun
ada juga yang dulu tidak ada ternyata sekarang ada), namun ada yang selalu ada
(niscaya) Dialah Allah.
· Jalan 4 adalah pembuktian
berdasarkan derajat atau gradus melalui perbandingan, bahwa dari
sifat-sifat yang ada di dunia ( yang baik-baik) ternyata ada yang paling baik
yang tidak ada tandingannya (sifat Allah yang serba maha) Dialah Allah.
Jalan 5 adalah penyelenggaraan, bahwa
segala ciptaan berakal budi mempunyai tujuan yang terarah menuju yang terbaik,
semua itu pastilah ada yang mengaturnya, Dialah Allah.
G. Descartes (1596-1650)
Rene
Descartes
memikirkan Tuhan bermula dari prinsip utamanya yang merupakan “gabungan antara pietisme Katolik dan sains. Descartes adalah seorang filsuf rasionalis yang terkenal dengan
pemikiran ide Allah. Tantangan yang mendorong Descartes adalah
keragu-raguan radikalnya, The Methode of Doubt , bahkan menurutnya,"indera
bisa saja menipu, Yang Maha Kuasa dalam bayangan kita juga bisa saja menipu,
sebab kita yang membayangkan". Dalam menjawab skeptisisme orang-orang pada masanya, maka dalam
tinggalnya di Neubau, dekat kota Ulm - Jerman, disebut sebagai “perjalanan menara”, kata
lain dari meditasi yang dilakukan, dia menemukan Cogito,
ergo sum tahun 1618. Karena orang pada zamannya meragukan apa yang mereka
lihat, maka hal ini dipatahkan oleh Descartes bahwa apa yang dipikirkan saja
sebenarnya sudah ada, minimal di pikiran. Orang bisa menyangkal segala sesuatu,
namun ia tidak bisa menyangkal dirinya sendiri. Jadi Allah di sini juga
demikian, Allah sudah ada dengan sendirinya, bahkan lebih jauh Descartes
mencari bukti-bukti empiris yang dia warisi dari para pendahulunya. Keterbukaan
untuk mengemukakan ide dalam pikiran, maka segala sesuatu yang dapat dipikirkan
pasti bisa ada. Alkitab salah satu bukti eksistensi Allah, kemudian juga relasi
bahwa manusia, binatang, malaikat, dan obyek-obyek lain ada karena natural light yang adalah
Allah sendiri.
H.
Filsafat Ketuhanan
Menurut Descartes adalah berawal dari fungsi
iman, yang pada akhirnya berguna untuk menemukan Allah. Tanpa iman manusia
cenderung menolak Allah. Ada dua hal yang bisa ditempuh agar Aku sampai
pada Allah, 1. sebab akibat, bahwa dirinya sendiri (manusia) pasti diakibatkan
oleh penyebab pertama, yaitu Allah. Jalan yang kedua adalah secara ontologis,
yang diwarisinya dari Anselmus. Allah yang ada itu tidak mungkin berdiri
sendiri, tanpa ada kaitan dengan suatu entitas lain, maka Allah pasti ada dan
bereksistensi. Maka Allah yang ada dalam ide Descartes sempurna sudah, bahwa
Dia ada dan dapat diandalkan dalam relasi dengan entitas lainnya itu.
I. Imanuel
Kant (1724-1804)
Ajaran
Kant tentang Allah ditemui dalam hukum moralnya melalui beberapa tahap: 1.
Allah adalah suara hati, 2. Allah adalah tujuan moralitas, 3. Allah adalah
pribadi yang menjamin bahwa orang yang bertindak baik demi kewajiban moral akan
mengalami kebahagiaan sempurna. Menurut Kant ada tiga jalan untuk membuktikan
adanya Allah di luar spekulasi belaka, dan hal ini dimungkinkan:
·
Dimulai dari menganalisa pengalaman kemudian menemui
kualitas dari sense dunia kita, lalu meningkat menjadi bukum kausalitas
mencapai penyebab di luar dunia.
·
Berdasar hal pertama, kita masih pada tataran pengalaman yang tidak bisa dijelaskan.
·
Di luar konsep-konsep itu, manusia memiliki a priori
dalam rasionya, dan itu menjadi penyebab yang memang ada.
Lalu
dari usaha dari pengalaman dianalisa dengan a priori (pemikiran awal sebelum
membutktikan sesuatu) dalam otak kita, kita membagi tiga bentuk definisi atas
pengalaman; Psikologi-teologi, kosmologi dan ontologi. Dari hal yang dialami (empiris)
menuju transendensi; bahwa manusia hanya akan berspekulasi saja. Kritik Kant terhadap
Thomas Aquinas juga mengenai hal-hal spekulatif, padahal Allah nyata adanya. Di
sini Kant kemudian mengakui bahwa Allah sebagai pemberi a priori dan pengalaman itu sendiri tidak
terdapat dalam baik pengalaman maupun a priori, namun melampaui hal itu. Maka Kant
sangat terkenal dengan kata-katanya '"Langit berbintang di atasku dan hukum moral di dalam batinku".Di sinilah iman
diperlukan, sebab Allah pada kenyataannya tidak bisa dibuktikan hanya dengan
pengalaman inderawi semata. Allah melampaui hal-hal
rasio murni.
J. Hegel
(1770-1831)
Hegel
juga disebut filsuf idealime Jerman. Ajaran yang terkenal dari Hegel adalah
dialektika, di mana ada dua hal berbeda (bahkan kontras) yang bertemu dan
membentuk hal baru. Pertama-tama Hegel membedakan antara rasio murni (dalam
Kant) sebagai kesadaran manusia, namun ada yang lebih dari itu yaitu intelek.
Intelek itu senantiasa mengerjakan kinerja rasio dan intelektualitas sehingga
dialektika terus terjadi. Roh Absolut yang adalah intelek itu bekerja dan
menyatakan dirinya dalam proses sejarah manusia. Pekerjaan Roh itu dapat
mencapai tujuannya dalam alam semesta ketika terjadi dialektika antara subjek
dan objek, antara yang terbatas dan tidak terbatas, dan yang paling bisa
dimengerti adalah antara yang imanen dan transenden. Hegel berpendapat Allah di
dalam agama Kristen juga bekerja seperti peristiwa reformasi
yang sebenarnya merupakan peristiwa pemulih atau pengembali keadaan manusia
menjadi baik kembali. Dari peristiwa-peristiwa itu maka Allah menurut Hegel
dapat diartikan dalam tiga tahap:
1. Segala
sesuatu yang terjadi dalam sejarah adalah proses perjalanan Roh (Allah) yang
menemukan dirinya sendiri
2. Melalui
manusia dengan kesadarannya, Roh itu menemukan dirinya (peristiwa revolusi oleh
Napoleon misalny)
3. Sehingga
terjadi keselarasan arah gerak manusia dan arah gerak Roh dalam emansipasi
dan kebebasan
manusia, untuk itu Roh akan memakai nama "Akal budi". Namun Allah
yang dinyatakan Hegel sebenarnya terikat pada manusia yang berproses dalam
sejarah.
K. Schleiermacher
(1768-1834)
Schleiermacher adalah penganut Kant,
namun baginya Allah lebih baik tidak ditelusuri dengan metafisika
belaka, namun perlu dihayati kehadirannya, yaitu dengan kontemplasi.
Baginya, Allah yang tidak bisa ditangkap inderawi
tidak bisa juga dilacak dengan rasio
murni.Istilah yang dipakai oleh Schleiermacher untuk Allah adalah "Sang
Universum".Jika Kant mengenal Allah sebagai pemberi hukum moral
yang melampaui rasionya, Schleiermacher menganggap Allah
yang dimaksud Kant tidak memadai dalam kehidupan manusia, sebab Allah hanya
pemberi ganjaran
kepada orang yang baik dan penghukum orang yang kurang baik. Sebab Allah, bagi
Schleiermacher tidak mungkin memberi hukuman kekal kepada manusia lantaran ia
tidak sempurna, hal ini dikarenakan bahwa manusia diciptakan Allah bukan agar
ia sempurna, melainkan agar ia berikhtiar mencapai kesempurnaan itu.
Scleiermacher mendekati Allah
bukan dari teori spekulatif, bukan dengan pendekatan moral-praktis,
melainkan pendekatan intuitif-batin,
dalam bahasanya
melalui kontemplasi dan perasaan. "Di sinilah agama merenungkan Sang
Universum, di dalam caranya mengekspresikan diri dan tindakannya, agama ingin
mendegarkan bisikan suara Sang Universum itu dengan khidmat,... Dalam kepasifan
anak-anak, agama ingin ditangkap dan dipenuhi oleh daya pengaruhnya" Agama
adalah Sang Universum sendiri. Sang Universum
ditangkap dari alam
dunia
yang mamanifestasikannya.
Namun alam dunia bukanlah Sang Universum yang berdiri sendiri, namun tetap
memanifestasikan alam. Pembedaan ini melaui dua tahap;
1. Alam
adalah wahyu
Allah, dan ditangkap oleh sanubari manusia,
2. Wahyu
yang lebih tinggi dan lebih baik adalah manusia yang menurut Schleiermacher tidak
terbagi-bagi dan tidak terbatas, namun bereksistensi. Dalam aktivitas umat
manusia itulah Allah menyatakan diri, alam diresapi oleh Yang Ilahi.
Namun
manusia
bukanlah Allah sendiri. Maka tugas agama adalah mencari menemukan Allah yang
ada di luar dirinya. Agama harus tinggal
dengan pengalaman-pengalaman langsung untuk mencari Allah dan mencari
keterhubungannya secara menyeluruh, bukan berfilosofis.
L. Alfred
North Whitehead (1861-1947)
Alfred
North Whitehead dijuluki sebagai bapak filsafat maupun teologi
proses.
Pemikirannya tergolong abstrak karena pengaruh bidang yang digelutinya,
matematika dan pengetahuan empirisme mengenai alam yang didapatkannya dari
fisika terapan. Dalam bukunya tentang Bagaimana Agama Terjadi (1926) dia
menyatakan;
Dogma-dogma
agama adalah upaya untuk memformulasikan secara presis kebenaran-kebenaran yang
tersibak di dalam pengalaman religius umat manusia. Dengan cara yang sama
dogma-dogma fisika (teori-teori, hukum, dan postulat) merupakan upaya
untuk memformulasikan secara presis kebenaran-kebenaran yang tersingkap di
dalam pencerapan inderawi umat manusia.
- Filsafat
Proses Whitehead.
Filsafat prosesnya memakai dua pendekatan ;
1. Prinsip proses, dan 2. Prinsip kreatifitas. Dari prinsip ini maka proses
dibedakan dalam dua: 1. Prinsip bagi proses yang bersifat mikrokopis
(konkresi) adalah asas yang memungkinkan lahirnya wujud aktual baru dari
aktual-aktual lama yang sudah penuh. 2. Prinsip bagi proses yang bersifat makrokopis
(objektifikasi) yang memungkinkan sesuatu yang sudah penuh berubah dan menjadi datum
lagi. Prinsip kreatifitas itu disimpulkan secara logis berdasarkan analisisnya
atas satua aktual sebagai wujud ciptaannya
- Allah dalam Filsafat proses
Whitehead
Proses kreatifitas dan pembaruan dari satuan
aktual-aktual terus terjadi, salah satu partisipannya adalah Allah, namun Dia
yang paling menonjol karena dia adalah yang awali dan yang akhiri. 1. Yang awali :
Allah memiliki dua peran sekaligus yaitu sebagai dasar awali yangyk adanya
tatanan dalam seluruh jagat raya dan sebagai dasar munculnya kebaruan dalam
perwujudan suatu peristiwa aktual. 2. Yang akhiri:
Allah sebagai penyerta yang tanggap dan menyelamatkan.
Jadi Tuhan (Allah) bagi Whitehead memiliki 3
peran yang disebut di atas, dengan begitu dia bisa mengendalikan setiap
perubahan yang terjadi atas aktual-aktual lain dan mengakhirinya dengan baik
Deisme
Deisme adalah pandangan khas tentang Allah di masa Pencerahan, berasal dari deus yang artinya Allah. Namun pandangan ini berbeda dengan teisme, sebab Allah dipercaya hanya pada waktu penciptaan, selanjutnya tidak berhubungan dengan dunia lagi karena dunia yang sudah teratur dari semula. Allah dianalogikan seperti pencipta arloji yang bisa berjalan sangat teratur tanpa campur tangan penciptanya. Jadi Deisme hanya percaya Tuhan pertama kali, setelah itu dianggap tidak ada. Paham ini dianggap sebagai benih dari munculnya pandangan ateisme yang secara terbuka menyangkal adanya Tuhan. Pandangan yang muncul pada abad 18 di Perancis.
Agnostisisme
Agnostisisme adalah paham manusia
yang tidak mau tahu atau tidak tahu tentang adanya Tuhan. Namun hal ini lebih
disebabkan karena kebuntuan pemikiran untuk mendefinisikan Tuhan. Bagi para
filsuf ini, Tuhan di berada di luar Jangkauan pemikiran manusia
Ateisme
Ateisme
berari penyangkalan adanya Allah. Namun arti tentang Allah yang disangkal
adanya, tidak sama dengan pandagan semua orang, oleh karenanya arti ateisme
berbeda-beda juga. Lima model ateisme yang diuraikan Magnis Suseno adalah
ateisme dalam diri Ludwig
Feuerbach, Karl
Marx, Friedrich Nietzsche,
Sigmund Freud
dan Jean
Paul Sartre
Scientisme
merupakan bagian dari Ateisme
Scientisme,
sesuai dengan dogma rasionalis, memandang inteligensi manusia sebgai ukuran
seluruh inteligibilitas, scientisme membatasi rasionalisme sendiri dalam batas-batas pengetahuan
saja, sehingga roh manusia sendiri direduksi sampai dimensi ilmiah saja.
Segala sesuatu dipandang sebagai obyek yang dapat diukur, bahkan subyek pada
akhirnya nanti dibendakan juga. Maka pada akhirnya scientisme menolak
metafisika, sehingga apa yang dipikirkan secara metafisik dibendakan begitu
saja, dan ini adalah bentuk ateisme. Problem lebih lanjut adalah scientisme
melawan pemikiran agama dan iman. Hal ini terjadi pada masa Galilei yang mengemukakan tentang bumi yang diistilahkan geo-sentris.
Hal lain yang kemudian muncul juga pada Charles Darwin dengan teori evolusi yang menyangkal kisah penciptaan manusia dalam naskah
Alkitab.
Ludwig
Feuerbach
Ateisme
menurut Feuerbach (1804-1872) adalah memandang Tuhan dalam agama
hanya sebagai proyeksi
dari kehendak
manusia saja. Dia menolak pandangan Hegel yang menyatakan Tuhan mengungkapkan
diri dalam kesadaran manusia. Baginya, yang nyata bukan lah Tuhan, yang nyata
adalah manusia. Tuhan hanyalah proyeksi manusia yang mendamba sifat-sifat yang
tidak dapat dicapainya. Kehendak manusia untuk berkuasa, serba tahu, ada di
mana-mana, dan tidak terikat waktu itu kemudian dilemparkannya pada "hal
lain" yang adalah Tuhan. Sebab kepastian yang nyata adalah yang dapat di
tangkap inderawi, yaitu realitas manusia. Pandangan seperti ini nanti akan
masuk dalam filsafat meterialisme. Kebaikan pandangan Feuerbach ini adalah
menyatakan hakekat manusia untuk kreatif, berbelas kasih, baik, saling
menyelamatkan dsb. Aneh bila manusia menyembah Tuhan yang adalah dirinya
sendiri, maka manusia seharusnya menarik agama ke dalam dirinya sendiri supaya
ia menjadi kuat, baik, adil dana maha tahu.
Karl
Marx
Menurut Karl Marx, agama adalah candu masyarakat, karena agama, masyarakat menjadi
tidak maju dan bersikap rasional. Agama yang dimaksud Marx adalah agama Kristen Ateisme yang diajarkan Marx adalah ateisme modern. Agama
yang mengajarkan Tuhan yang serba bisa hanya menipu dan menyesatkan masyarakat.
Marx mengkritik Feuerbach yang hanya menyatakan bahwa Tuhan adalah khayalan,
namun tidak mencari sebabnya. Bagi Marx sebab yang diberikan adalah manusia
lari kepada Tuhan karena penindasan yang mereka terima dari masyarakat kelas
yang dikritiknya. Menurutnya agama hanya menjadi penghalang manusia untuk
menyangkal dan memperbaiki hidupnya yang sedang ditindas, seandainya Tuhan dan
agama tidak ada, maka manusia bisa hidup bebas dan bermartabat. Di sinilah
Tuhan sekiranya dicoret karena tidak diperlukan. Manusia seharusnya menolak kapitalisme yang sedang menindas mereka.
Sigmund
Freud
Filsafat Ketuhanan dalam
pandangan Sigmund
Freud dengan terori psikoanalisnya
dimulai denan pertanyaan, "Apakah kepercayaan akan Allah dapat
dipertanggungjawabkan?" Hal ini berawal dari analisanya tentang perkembangan
manusia yang mempercayai agama yang terkadang tidak mencari kebenaran-kebenaran
di dalamnya. Manusia yang hanya menerima begitu saja agama-agama
yang diajarkan kepadanya. Ide Allah hanyalah ilusi, namun begitu dibutuhkan
manusia seperti seorang manusia yang membutuhkan seorang bapak yang
melindunginya. Namun Freud mengajukan pertanyaan selanjutnya, "Apakah
agama benar-benar baik bagi manusia?" Jawabannya adalah ambigu. Yang
ditekankan olehnya adalah seharusnya manusia bertanya akan imannya sehingga dia
tidak terjebak dalam bentuk-bentuk infantil dan neurotis. Pendk kata, Freud
tidak memperdebatkan realitas Allah, namun lebih mengupas ilusi palsu kesadaran
manusia. Karena bertanya, maka sesungguhnya penjelasan yang dikemukakan agama
tidaklah memadai, Allah tidak bisa dijelaskan dalam intelektual, sehingga perlu
ditolak juga. Terlebih lagi jika dicari manfaatnya, agama hanya sebagai
penghambat perkembangan pribadi, maka harus pula ditolak.
Friedrich
Nietzsche (1844-1899)
Friedrich Nietzsche
sangat terkenal dengan Sabda Zarathustra (1883) bahwa "Tuhan telah
mati".Inilah awal mula penolakannya terhadap Tuhan. Penolakannya terhadap
Tuhan sebenarnya berasal dari kebenciannya melihat orang Kristen yang tidak
menunjukkan kekristenan yang seharusnya menampilkan kasih.
Kebenaran bagi dia sangat subyektif, dipikirkan manusia yang sangat super kekuasaannya
terhadap dirinya sendiri. Subyektivitas
itu juga dalam hal kebenaran agama, apa yang disebut baik bisa saja sebenarnya
sangat buruk, apa yang disebut buruk bisa saja sebenarnya sangat baik. Agama
Kristen dianggap oleh Nietzsche sebagai bentuk Platonisme baru yang memisahkan
antara dunia, kosmologi, materi dan apa yang dapat ditangkap oleh pancaindera.
Dari sini keburukan Kristen kata Nietzsche dipandang meremehkan hal-hal
duniawi, tampak seperti gnosis yang meremehkan hidup (tubuh, dunia, hawa nafsu)
sehingga merupakan hasrat akan kehampaan, kehendak akan dekadensi, sebagai
penyakit, kelesuah dan kepayahan hidup. Hal ini ditujukan kepada agama
[Kristen]] yang memiliki label baik, sebenarnya sangatlah buruk, yaitu dengan
ajaran-ajarannya yang sebenarnya membelenggu manusia untuk berkembang. Bagi
dia, manusia adalah ukuran segala sesuatu, bukan Tuhan yang disebut agama
Kristen. Manusialah tuhan atas ciptaan ini dan yang mampu mengerjakan apa yang
diinginkannya. Maka penolakan akan Tuhan adalah hal yang paling baik, sebab
manusia menjadi tidak bergantung pada Allah (Kristen) yang hanya membelenggu
manusia itu, katanya.
J. Paul
Sartre (1905-1980)
Tuhan di mata Sartre kecil adalah
sosok penghukum yang mengawasinya di manapun dia berada, oleh karenanya dia
tidak suka kehadiran Tuhan. Tuhan juga tidak hadir ketika dia ingin menemuinya.
Oleh karena itu Sartre sudah menolak Tuhan yang tidak nyata semenjak umur 12
tahun. Sartre yang tadi dididik secara Katolik berpindah kepada kesusastraan,
yang disebut sebagai agama baru baginya. Namun secara sistematis, dan khas eksistesialis, penolakan atas Tuhan ini
dilakukannya karena pemisahan radikal dalam tulisannya Ada dan Ketiadaan
terjemahan dari Being and Nothingness. Baginya, di dunia ini tidak ada
grand design yang mutlak, manusialah yang bisa mengatur dirinya sendiri dengan
eksistensinya. Eksistensi manusia mendahului esensinya; manusia ada dan
kemudian menentukan "siapa dirinya".Dia menyangkal Descartes tentang Aku
berpikir, maka aku ada, yang benar adalah Aku ada lalu aku berpikir.
Dari sinilah dia meneruskannya dalam teori eksistensial fenomenologisnya, bahwa
segala sesuatu harus dipisahkan dalam dua bagian; etre en soi / ada dalam
dirinya sendiri atau etre-pour soi / ada untuk dirinya sendiri.[10] Segala sesuatu yang ada dalam dirinya sendiri berarti
tidak pasif, tidak aktif, tidak
afirmatif juga tidak negatif, ada begitu saja, tanpa fundamen, tanpa dapat
dirutunkan dari sesuatu lain, tidak berkembang. Sedangkan ada untuk dirinya
sendiri adalah sebuah kesadaran, dan ini khas manusia. Dari pemisahan
inilah, dia melabel Tuhan orang Kristen yang tidak berubah itu masuk dalam
golongan ada dalam dirinya sendiri, maka dari itu dia tidak lebih besar
dari manusia yang memiliki kesadaran untuk memilih esensinya sendiri. Di
sinilah penyangkalan Tuhan itu terjadi, dia tidak mengakui Tuhan lebih tinggi
dari manusia, maka Tuhan tidak diperlukan lagi. Karena Tuhan tidak lagi ada,
maka manusia menjadi bebas dan bisa menentukan kondisi bangsanya. Di
sinilah nilai positif Sartre yang kemudian menghabiskan seluruh kegiatan
hidupnya untuk kebaikan manusia (gerakan sosial). Bahkan dia pernah memenangi nobel
perdamaian karena pengabdiannya terhadap kemanusiaan, namun ditolaknya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar