BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ibnu Maskawaih
Mungkin jarang sekali mendengar nama Ibnu Maskawaih, bahkan penulis, -dengan
segala keterbatasan – kesulitan untuk menemukan rujukan yang memadai yang
mengulas tuntas tetangnya, wabilkhusus mengenai pemikiran pendidikannya.
Ibnu
Miskawaih merupakan sosok yang sangat terkenal juga dalam bidang pendidikan, ide-ide
cemerlang yang dicetuskan Ibnu Miskawaih merupakan sebuah wahana baru dalam
bidang pendidikan yang terlahir dari karya seorang Ibnu Miskawaih. Sepak
terjang Ibnu Miskawaih tidak diragukan
lagi dalam dunia pendidikan dan pemikiran. gagasan yang beliau tuangkan dan
lahirkan merupakan salah satu era terobosan dalam menanggapi kemajuan dunia
dalam bidang Pendidikan.[1]
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana biografi Ibnu Miskawaih ?
2.
Sebutkan karya-karya Ibnu Miskwaih ?
3.
Sebutkan dan jelaskan konsep Pendidikan Islam Ibnu
Miskawah ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Riwayat Hidup
Ibnu Miskawaih
Ibnu Maskawaih
adalah seorang ahli sejarah dan filsafat. Disamping itu, ia juga seorang
moralis, penyair serta ahli kimia. Nama lengkapnya adalah Abu Ali Ahmad bin
Muhammad bin Yakub bin Maskawaih. Ia dilahirkan pada tahun 320H/932 M, kemudian
beliau pindah ke Isfahan dan selanjutnya menetapkan disana, dan beliau
meninggal pada tahun 412H/1030 M.[2]
Riwayat detail
mengenai riwayat pendidikan Ibnu Maskawaih tidak diketahui dengan jelas.
Maskawaih tidak menulis otobiografinya, dan para penulis riwayatnya pun tidak
memberikan informasi yang jelas mengenai latar belakang pendidikannya. Namun
dalam beberap literatur di dapat ketemukan oleh penulis adalah sebagai berikut
: Ia belajar sejarah, terutama Tarikh At Thabary, kepada Abu Bakar Ahmad bin
Kamil al Qaghi (350 H/960 M). Ibn Al Khammar, mufassir kenamaan karya-karya
Aristoteles, adalah gurunya dalam ilmu-ilmu filsafat. Maskawaih mengkaji
alkimia bersama abu At Thayyib ar Razi, seorang ahli alkimia.
Adapun
karya-karya Maskawaih yang dapat terekam oleh para penulis sejarah di antaranya
adalah sebagai berikut :
a. Al
Fauzul Ashghar, tentang ketuhanan, jiwa dan kenabian (metafisika).
b. Al
Fauzul Akbar, tentang etika.
c. Thabaratun
Nafs, tentang etika.
d. Takhzibul
Akhlak, tentang etika.
e. Tartibus
Sa’adah, tentang etika dan politik.
f. Tajaribul
Umam, tentang sejarah.
g. Al
Jam’i, tentang ketabiban.
h. Al
Adwiyyah, tentang obat-obatan.
i. Al
Asyribah, tentang minuman.
j. Al
Mustaufi, berisi kumpulan syair-syair pilihan.
k. Maqalat
finnafsi wal aql, tentang jiwa dan akal.
l. Jawizan
Khard (akal abadi), tentang pemerintahan dan hukum.[3]
Sebenarnya masih banyak karya-karya dari Maskawaih
yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam kesempatan ini.
B.
Pemikiran
Pendidikan Ibnu Maskawaih
a. Pendidikan
Akhlak
Maskawaih
sebagai disebutkan ia sejatinya adalah filosof muslim yang memusatkan
perhatiannya pada etika Islam. Dari sanalah kita dapat menemukan bagaimana pemikiran
filsafat moralnya yang berimplikasi pada pemikiran pendidikan.
Filsafat moral
sangat berkaitan dengan psikologi, sehingga Maskawaih memulai risalah besarnya
itu dengan akhlak, Takhzibul Akhlak dengan terlebih dahulu membahas tentang An
Nafs. Baru pada bagian kedua ia membahas tentang Al Khulq. Ia mendefinisikan Al
Khulq sebagai berikut :
Artinya, ”khuluq
adalah keadaan jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa
dipikirkan dan diperhitungkan sebelumnya”. Berkenaan dengan pengertian Khuluq
yang dikemukakan Maskawaih tersebut, dapat disimpulkan bahwa akhlak peserta didik
dapat dilatih ke arah yang lebih baik dengan jalan latihan-latihan membiasakan
diri, hingga menjadi sifat kejiwaan (akhlak) yang dapat spontan melahirkan
perbuatan yang baik.[4]
Maskawaih
menetapkan kemungkinan manusia mengalami perubahan-perubahan khuluq, dan dari
segi inilah maka diperlukan adanya aturan-aturan syariat, diperlukan adanya
nasihat-nasihat dan berbagai macam ajaran tentang adab sopan santun.
b. Hubungan
Murid dengan Guru
Dalam hal ini,
Maskawaih menyatakan pendapat Aristoteles, dengan cinta murid kepada gurunya,
dan ia berpendapat bahwa cinta yang terakhir ini lebih mulia dan lebih pemurah,
karena guru mengajar ruh kita dan dengan petunjuk mereka kita memperoleh
kebahagian sejati. Guru adalah ”bapak ruhani dan orang yang dimuliakan ;
kebaikan yang diberikan kepada muridnya merupakan kebaikan ilahiah, karena ia
membawanya kepada kearifan, mengisinya dengan kebijaksanaan yang tinggi dan
menunjukkan kepada muridnya kehidupan dan keberkatan yang abadi”.
c. Psikilogi
Pendidikan Maskawaih
Maskawaih berpendapat
tentang pentingnya pengawasan akan perkembangan anak serta menanamkan kebiasaan
yang baik guna mencapai kebaikan anak. Penanaman akhlak dan budi sangat
dipentingkan oleh Maskawaih dalam pendidikan anak. Ia menjelaskan bahwa malu
yang kelihatan pada anak merupakan langkah yang pertama menuju ke arah dan
berpikir. Apabila anda melihat seorang anak dan kelihatan ia merasa malu sambil
menundukkan kepalanya ke tanah dan tidak menentang anda, ”ini merupakan suatu
tanda kecerdikan dan jiwa anak ini untuk dididik, patut diberi perhatian
terhadapnya tidak boleh ia dibiarkan dan disia-siakan”. Ia mengatakan bahwa
kejiwaan anak-anak adalah matarantai antara jiwa binatang dan jiwa manusia
berakal.
Pada jiwa anak-anak berakhirlah ufuk binatang dan mulailah ufuk manusia. Jiwa anak-anak berkembang dari tingkat sederhana kepada tingkat yang lebih tinggi, semula tanpa ukiran, kemudian berkembanglah padanya kekuatan perasaan nikmat dan sakit, kemudian timbul pula kekuatan yang lebih kuat, yaitu kekuatan syahwat, yang sering disebut dengan nafsu kebinatangan.
Pada jiwa anak-anak berakhirlah ufuk binatang dan mulailah ufuk manusia. Jiwa anak-anak berkembang dari tingkat sederhana kepada tingkat yang lebih tinggi, semula tanpa ukiran, kemudian berkembanglah padanya kekuatan perasaan nikmat dan sakit, kemudian timbul pula kekuatan yang lebih kuat, yaitu kekuatan syahwat, yang sering disebut dengan nafsu kebinatangan.
Dalam
perkembangan berikutnya, timbul pula kekuatan sabu’iyah atau ghadhabiyah.
Akhirnya dalam perkembangan berikutnya lahir pula kekuatan berpikir, atau jiwa
cerdas, yang ditandai dengan timbulnya rasa malu pada anak-anak. Pada tahapan
ini, anak-anak dapat merasakan mana yang baik dan mana yang buruk. Pada saat
inilah paling tepat pendidikan keutamaan mulai ditanamkan pada anak-anak.
Maskawaih
memperhatikan diri sendiri dan mendidiknya dengan mengenal hakikat, sebab-sebab
adanya tujuan dan kekuatan. Mengetahui bagaimana cara mencapai kesempurnaan
atau mengetahui apa yang menghambatnya untuk sampai kepada kesempurnaan itu. Menurut
Ibnu Maskawaih, setiap hal tumbuh dan berkembang melalui fase-fase dan
berevolusi. Teori evolusi ini lebih sekedar apa yang dikemukakan oleh Darwin,
karena dalam teori evolusi Maskawaih adalah teori mengenai peradaban dan
evolusi manusia.
Dengan
pengalaman yang dilalui oleh manusia maka mereka mampu berfikir secara rasional
dalam membuat keputusan. Evolusi Manusia, dalam pandangan Maskawaih, tidak
terbatas secara fisik, tetapi berkembang pula tingkat kecerdasannya, cara
berpikirnya bertambah maju sehingga menjadi bijaksana bahkan sampai mendekati
derajat para malaikat.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ibnu Maskawaih
adalah seorang ahli sejarah dan filsafat. Disamping itu, ia juga seorang
moralis, penyair serta ahli kimia. Ia dilahirkan pada tahun 320 H/932 M,
kemudian beliau pindah ke Isfahan dan selanjutnya menetapkan disana, dan beliau
meninggal pada tahun 412H/1030 M.
Adapun
karya-karya Maskawaih yang dapat terekam oleh para penulis sejarah di antaranya
adalah sebagai berikut :
a. Al
Fauzul Ashghar, tentang ketuhanan, jiwa dan kenabian (metafisika).
b. Al
Fauzul Akbar, tentang etika.
c. Thabaratun
Nafs, tentang etika.
d. Takhzibul
Akhlak, tentang etika.
e. Tartibus
Sa’adah, tentang etika dan politik.
f. Tajaribul
Umam, tentang sejarah.
g. Al
Jam’i, tentang ketabiban.
h. Al
Adwiyyah, tentang obat-obatan.
i. Al
Asyribah, tentang minuman.
j. Al
Mustaufi, berisi kumpulan syair-syair pilihan.
k. Maqalat
finnafsi wal aql, tentang jiwa dan akal.
l. Jawizan
Khard (akal abadi), tentang pemerintahan dan hukum
Adapun Pemikiran Pendidikan Ibnu Maskawaih itu ada 3
yaitu :
a. Pendidikan
Akhlak
b. Hubungan
Murid dengan Guru
c. Psikilogi
Pendidikan Maskawaih
B. Saran
Ada baiknya
konsep Pendidikan Ibnu Miskawaih dapat kita ambil pelajaran dan dapat kita
terapkan dalam Konsep Pendidikan kita, agar pendidikan islam bisa berjalan
sesuai kaidah-kaidah dan aturan agama islam.
DAFTAR PUSTAKA
Daud, Ahmad. Segi-Segi Pemikiran Falsafi Dalam Islam. Jakarta: Bulan
Bintang, 1984.
Hanafi, Ahmad. Pengantar Filsafat Islam. Jakarta: Bulan Bintang,
1991.
M.M.Syarif,Para Filosof Islam,cet.III. (Bandung:Mizan,
1996)
Ahmad Syar'I,Fisafat Pendidikan Islam (Jakarta:Pustaka
Firdaus, 2005)
Hasymsyah Nasution MA,Filsafat Islam (Jakarta:Gaya
Media Pratama, 1999)
Muhammad Yusuf Musa,Bain al-Din wa al-Falsafah (Kairo:Dar
al-Ma'Arif, 1971)
Abuddin Nata,Pemikiran Para Tokoh Pendidikan
Islam (Jakarta:Raja Grafindo, 2001)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar