BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Filsafat berasal dari bahasa yunani
yang telah diarahkan, kata ini berasal dari dua kata “philos” dan “shopia” yang
berarti pecinta pengetahuan, konon yang pertama kali menggunakan kata
“philoshop” adalah Socrates (dan masih konon juga) dia menggunakan kata ini karena
dua alas an pertama, kerendah hatian dia meskipun ia seorang yang pandai dan luas
pengetahuannya dan tidak mau menyebut dirinya sebagai orang yang pandai. Tetapi
ia memilih untuk disebut pecinta pengetahuan.
Orang yang mula-mula sekali menggunakan
akal secara serius adalah orang yunani yang bernama Thales (kira-kira Tahun
624-546 SM) orang inilah di gelari bapak filsafat.Jika munculnya Socrates dapat
di anggap sebagai reaksi terhadap akal yang terlalu mendominasi manusia, maka munculnya
Descartes dapat dianggap sebagai reaksi terhadap dominasi suara hati (dalam haliman
Kristen) terhadap jalan hidup manusia. Dua tokoh besar muncul dari dua latar belakang
yang amat berbeda yang satu muncul karena ulah akal ,yang satu lagi muncul karena
ulah orang mengatas namakan agama Kristen yang terlalu dipengaruhi oleh hati atau
rasa.
Adapun sistem yang hendak diajukan yaitu
manusia ideal adalah manusia yang utuh, yaitu manusia yang menggunakan indra, akal,
dan hatinya secara seimbang, manusia yang jalan hidupnya ditentukan oleh pertimbangan
indra, akal dan hatinya secara seimbang, sekaligus, dan menyeluruh.
B. Rumusan
Masalah
Dalam makalah ini agar lebih mudah untuk
dipahami maka penulis berupaya untuk memberikan batasan hingga mudah di
mengerti dengan jelas isi makalah ini sendiri baik dengan rumusan sebagai berikut
:
a. Zaman
Pasca Modern
b. Al-
Faraby
c. Al-
Kindy
d. Ibnu
Taiymiyah
BAB II
AKAL DAN HATI PADA ZAMAN PASCA MODERN
A. Zaman
Pasca Modern
Fisafat yang umun digunakan ada tiga
yaitu filsafat yunani kuno (Ancient Philosophy), filsafat abad tengah (Middle
Ages Philosophy), dan filsafat modern (Modern Philosophy). Filsafat pada masa yunani
kuno didominasi oleh Rasionalisme, abad tengah di dominasi agama Kristen, dan filsafata
bad modern didominisasi lagi oleh Rasionalisme, ketika itu memang sudah ada muncul
jenis filsafat baru, sehingga filsafat keempat itu disebut sebagai filsafat kontenpordeks
(Contemporary Philosophy). Periode ini disebut filsafat pasca modern (Post
Modern Philosophy), biasanya anak-anak sering menyebutkan filasafat posmo.
Bila hubungan antara hati dan akal
manusia telah diputuskan maka manusia akan memperoleh kenyataan tentang behwa
pernyataan tentang rumusan hidup ideal tidak akan pernah terjawab. Memilih
sains dan tekhnologi sebagai satu-satunya gantungan hidup, atau meletakkan
sains dan tekhnologi sebagai pemegang otoritas tertinggi dalam kehidupan,
berarti kita telah menyerah kehidupan manusia kepada alat yang dibuat sendiri.
Kritik filsafat pasca modern
terhadap filsafat modern terungkap dalam istilah dekonstruksi seperti yang
digunakan oleh para tokoh filsafat pasca modern. Apa yang telah di dekonstruksi
oleh filsafat pasca modern ? Filsafat pasca modern itu adalah rasionalisme,
yang dikontribusi tentu saja rasionalisme
yang digunakan untuk membangun seluruh isi kebudayaan dunia barat.
Tokoh-tokoh filsafat pasca modern
cukup banyak yaitu seluruh tokoh filsafat dekonstruksi seperti Arkoun, Derrida,
Foucault, wittgenstien. Berpendapat bahwa Nietzsche adalah tokoh-tokoh pertama
yang sudah menyatakan ketidak puasannya terhadap dominasi atau pembawaan rasio
pada tahun 1880 an, dan mungkin dapat tokoh pertama Filsafat dekonstruksi
adalah Nietzsche itu, jadi dikatakan tokoh pertama filsafat pasca modern adalah
Nietzsche itu.
Pada tahun 1880 an Nietzsche telah
menyatakan bahwa budaya barat telah berada di pinggir jurang kehancuran karena
terlalu mendewakan rasio, dan tahun 1990 an capra menyatakan bahwa budaya barat
telah hancur juga karena terlalu mendewakan rasio, mengapa ? karena ia
merupakan filsafat yang keliru dan juga keliru cara menggunakannya, yaitu
rasionalisme dan kekeliruan dalam menggunakan rasionalsme itulah budaya barat
hancur.
Seodjatmoko (1984:202) mengatakan
bahwa ilmu dan teknologi sekarang ini berhadapan dengan pertanyaan pokok
tentang jalan yang harus ditempuh, pernyataan itu sebenarnya berkaisar pada
masalah ketidak mampuan manusia mengendalikan ilmu dan teknologi itu. Jalannya
ilmu dan teknologi tidak dapat lagi dikendalikan manusia. Pernyataan pernyataan
mengenai dirinya sendiri mengenai tujuan dan cara pengembangannya tidak akan
dijawab oleh ilmu teknologi tanpa menoleh pada patokan mengenai moralitas,
makna dan tujuan hidup , termasuk apa yang lebih baik dan yang buruk kepada
manusia modern. Patokan tentang moralitas, makna dan tujuan hidup ternyata
berakar pada agama, kata Soedjatmoko (1984 : 203).
Pada aspek ekonomi terdapat pulan
ancaman serius, menghadapi ancaman rangkap tiga (habisnya sumber energy,
inflasi, pengangguran) dalam bidang ekonomi telah menyebabkan politisi tidak
tahu lagi mana yang harus diselesaikan terlebih dahulu, mereka bersama-sama
dengan media berdebat tentang prioritas, tanpa menyadari bahwa masalah-masalah
ekonomi itu dan juga masalah kesehatan dan lingkungan tadi sebenarnya merupakan
sebuah kritis tunggal d an (capra, 1998 : 9).
Kata capra, pada intelektual
menyebut nama sumber kemunduran tadi adalah keadaan semacam Vietnam, Watergate,
dan bertahannya perkampungan kumuh, kemiskinan dan kejahatan, namun tidak
seorangpun dari mereka. Demikian capra , mengenali persoalan sebenarnya yang
mendasari krisis itu menurut capra persoalan yang sebenarnya adalah persoalan
sistemik yang berarti persoalan itu saling berhubungan dan saling bergantung.
Menurut capra, awal persoalan itu dimulai dari kekeliruan pemikiran.
Menurut pendapat kami, kami setuju
bahwa budaya barat berada dipinggir jurang kehancuran karena apabila kita hanya
menggunakan rasio tanpa menggunkan hati maka akan hampa atau tidak seimbang,
alangkah bagusnya apabila kita dalam melakuan sesuatu selalu menggunakan rasio
juga menggunakan hati agar hasil dari perbuatan kita yaitu tidak akan
menimbulkan kegiatan disatu pihak.
Dan melihat kemungkinna lain, yaitu
harus ada tiga paradigma (masing masing untuk budaya sains dan seni dan etika
untuk merekayasa kembali budaya dunia, ketiga paradigma itu harus diturunkan
dari islam, mengapa mengambil islam bukan I ching ? karena sekalipun seandainya
filsafat I ching itu dunia sebagai suatu keseluruhan, tetapi filsafat itu belum
pernah pernah mampu membangun suatu masyarakat atau Negara sesuai dengan isi
filsafat itu sedangkan islam, selain juga ajarannya juga melihat dunia sebagai
suatu keseluruhan telah membuktikan dirinya mampu membentuk masyarakat Negara
yang menrapkan isi filsafatnya itu, yaitu Negara madinah pada zaman Nabi, Abu
Bakar dan Umar kemudian muncul lagi pada zaman Umar Bin Abdul Azis, dan sekali
lagi pad zaman makmud di Baghdat.
Sebenarnya untuk pengembangan
budaya sains, paradigma ini sungguh sesuai dan amat memadai, tetapi untuk
mengembangkan budaya dalam bidang seni dan etika paradigma itu tidak memadai.
Yang dilakukan dibarat ini selama ini adalah paradigma sains, itu digunakan
dalam pengembangan budaya sains, dan dipaksakan juga digunakan dalam
pengembangan budaya seni dan etika, dan disinilah letak penyebab awal itu
seharusnya untuk pengembangan budaya sains digunakan paradigma sains, untuk
budaya seni digunakan paradigma lain yang sesuai, demikian juga untuk
pengembangan budaya etika.
Jauh sebelum munculnya kesadaran
akan kehancuran budaya barat, Nietzsche (1844-1900) telah meningkatkan orang
akan kekeliruannya dalam mendewakan rasio. Hadermas misalnya mengatakan bahwa
Nietzsche adalah titik balik kesadaran manusia akan rasinalistanya (Sunardi,
1996 : V). ia sangat keritis terhadap cita-cita modernisme yang berkuasa di
Erofa pada waktu itu, kepercayaan akan proses sudah dilecehkan Nietzsche sejak
akhir abad lalu. Kegairahan orang akan rasionalisme ketika itu dirombak oleh
Nietzsche, jika akhir akhir ini orang menderita demam dekonstruksi, maka Nietzsche
yang menjadi pencetusnya.
Dari analisis filsafat dan sejarah
kudyaan kita mengetahui bahwa budaya barat di susun dengan menggunakan hanya
satu paradigma, yaitu paradigma sains (Scientific Paradigma). Paradigma ini di
susun berdasarkan warisan Descartesdan Newton. Warisan dua tokoh ini merupakan
inti pembahasan dari capra,ia menyatakan bahwa paradigma yang diturunkan dari
cartesian dan Newtonian itulah bahwa yang menghasilkan paradigma tunggal yang
digunakan dalam mendesains budaya barat. Kesalahan terjadi karena karena
paradigma itu tidak melihat alam ini pada bagian yang emperiknya saja.
Haedar Nashir, dalam agama dan
kritis kemanusiaan modern (1990) mengungkapkan bahwa beberapa segi menarik pada
krisis manusia modern. Pendewaan rasio manusia telah menjerumuskan manusia pada
sekularisasi kedadaran dan pencciptaan ketidak berartian hidup,penyakit mental
justru menjadi penyakit zaman seperti keserakahan, penyakit mental justru
melakukan kekerasan. Kekerasan itu amat mungkin berkembang karena adanya
pandangan bahwa ukuran keberhasilan seseorang adalah sejauh mana ia mampu
mengumpulkan materi dan symbol-simbol lahirlah yang bersifat formal.
Ancaman lain masih ada, kelebihan
penduduk dan teknologi industri telah menjadi penyebab terjadinya degradasi
hebat pada lingkungan alam sepenuhnya menjadi gantungan hidup kita. Yang ini
pun mengancam kesehatan, dan kesejahtraan umat manusia. Kota-kota besar telah
diselimuti asal tebal yang berwarna kuning-kuningan yang tersa nenyesatkan
dada.polusi udara yang terus menerus ini tidak hanya mempengaruhi manusia melainkan
juga menggaanggu system ekologi.polusi udara membunuh tumbuh-tumbuhan dan
mengubah secara drastis polusi hewan yang tergantung pada tetumbuhan itu.
Secara rinci menjelaskan bahwa yang
mengancam kehidupan ras manusia. Dan ketidak mampuan kaum intelektual mencari
jalan mengatasinya. Cata capra kita telah menimbun puluhan senjata nuklir, yang
cukup untuk menghancurkan dunia beberapa kali, dan perlombaan senjata itupun
berlanjut dengan kecepatan yang melaju. Pada bulan November 1978. Sewaktu
Amerika Serikat dan Uni Soviet sedang menyelesaikan babak kedua pembicaraan
pembatasan senjata nuklir dan dua tahun kemudian program tersebut memuncak
dalam ledakan militer terbesar dalam secara anggaran belanja 5 tahun untuk
pertahanan sebesar 1000 Miliar dolar.sejak itu pabrik senjata yang kekuatan
penghancurnya belum pernah tertandingi.
Pembuatan senjata besar-besaran
oleh negara kaya dan pembelian senjata besar-besaran oleh Negara miskin cukup
menyebabkan capra heran. Tentu saja pada umumnya manusia normal akan heran
karena pihak lain lebih dari 15 juta orang sebagian besar ana-anak meninggal
karena kelaparan setiap tahun,500 juta lainnya kekurangan gizi serius, hamper
40 % penduduk dunia tidak mempunyai peluang untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan professional, 35 % pendudik dunia kekurangan air bersih, sementara
Negara-negara sedang berkembang menghabiskan biaya untuk persenjataan 3 kali
lebih besar ketimbang untuk kesehatan, dunia sedang penuh kontradiksi.
Tiga dasa warsa menjelang
terakhirnya abad ke-20, terjadi perkembangan baru yang mulai menyadari bahwa
manusia selama ini telah salah dalam menjalani kehidupanya. Dunia ilmu muncul
pandangan yang menggugat paradigma positivistic. Tokoh seperti Kuhn (1970)
telah mengisyaratkan adanya upaya pendobrakan ia mengatakan bahwa kebenaran
ilmu bukanlah suatu kebenaran Sui generis (objektif). Dengan mengatakan bahwa
kebenaran ilmu bukanlah suatu kebenaran ilmu bukanlah suatu kebenaran
positivism ang menjadikan Rasionalisme sebagai andalan satu-satunya.
Hermer Suwardi, guru besar filsafat
ilmusarjana Universitas Padjajaran Bandung dengan mengecam paradigma filsafat
ilmu yang digunakan dibarat. Filsafat ilmu yang di Barat, katanya, hanya
mengandalkan satu paradigm ini tidak mampu melihat alam semesta secara
keseluruhan. Karena ini ia mengusulkan paradigm baru yaitu paradigma ilmu yang
tersumber pada Tuhan.
Capra telah menulis buku yang di
siapkan dalam jangka panjang. Mula-mula ia menulis The Tao Of Physies. Buku ini
telah menggerakkan dunia filsafat khususnya filsafat fisika , dalam buku ini
capra mencoba memperhatikan hubungan antara revolusi spiritual dengan Fisika
(capra, 1998:xxiii) enam tahun kemudia ia menerbitkan buku penting, The Turning
point : Science, Society and The Rising Culture, dalam edisi bahasa Indonesia
titik balik perdaban.
Apa saja isi filsafat zaman pasca
zaman modern itu? Isiny banya tetapi ada yang paling penting, filsafat pasca
modern tidak puas terhadap Rasionalisme,
karena itu Rasionalisme harus didekonstruksi yang baru? Saya kira belim ada
yang sungguh-sungguh penting dan mendasar. Para filosof dekonstruksi (yaitu
para filosof pasmo) baru hamper selesai membicarakan cara merekonstruksi
filsafat baru, mereka masih menyelesaikan metodologinya.
B. Al-Kindy
Al-Kindilahir pada tahun 809 M, nama sebenarnya adalah Abu
Yusuf Ya’kub Bin Ishak Al-kindi. Ia adalah keturunan suku Kindah, Arab selatan
yang merupakan salah satu suku Arab besar pra-islam. Ayahnya Ishak Al-Sabah
adalah seorang Gubernur Kufah di masa Khalifah Al-Mahdi (775-78 M) dan Khalifah
Ar-Rasyid (786-809 M). Ia lahir ditengah keluarga yang kaya akan informasi kebudayaan
dan berderajat tinggi serta terhormat dimata masyarakat. Al-Kindi (185 H/873
M).
Ia pergike Bashra yang pada saat itu
merupakan tempat persemian gerakan intelektual pada pusat ilmu pengetahuan yang
besar. Ia lalu pergi ke Baghdad dan menyelesaikan pendidikannya, disini ia berkenalan
dengan Al-Ma’mun, Al-Mu’tasim dan Ahmad Putra Al-Mu’tasim. Ia diangkat sebagai
guru pribadi Ahmad, yang padanya ia mempersembahkan karya-karya yaitu :
1. BidangAstronom
2. Meteorology
3. Ramalan
4. Besaran
(Magnitude)
5. IlmuPengobatan
6. Geometri
7. IlmuHitung
8. Logika
9. Sferika
Karya-karya
yang disebutkan diatas adalah merupakan sebagian terkecil dari sekian banyak
Al-Kindi. Karya Al-kindi disusun oleh An-Nadim yang menyebutkan tidak kurang dari
242 buah karya Al-Kindi.
Ajaran
Filsafatnya menurut Al-Kindi, filsafat hendaknya diterima sebagai bagian dari kebudayaan
islam. Gagasan Al-Kindi mengenai Filsafat berasal dari Aristotelianisme
Neo-Platonis, namun juga benar ia mengatakan gagasan itu dalam konteks baru dengan
mendamaikan warisan Hellenistis dengan islam.
Seselarasan
filsafat dan agama, Al-Kindi mengarahkan Filsafat muslim kearah kesesuaian antara
filsafat dan agama. Filsafat berlandaskan akal pikiran sedangkan agama
berdasarkan wahyu. Logika merupakan metode filsafat sedangimana merupakan kepercayaan
kepada hakikat yang disebutdalam
Al-Qur’an sebagaimana diwahyukan Allah kepada Nabi-Nya.
Keselarasan
antara filsafat dan agama didasarkan pada tiga alasan :
1. Ilmu
agama merupakan bagian dari filsafat
2. Wahyu
yang diturunkan kepada nabi dan kebenaran filsafat saling bersesuaian
3. Menuntut
ilmu, secara logika diperintahkan dalam agama
Kesimpulannya
Al-Kindi adalah Filosof pertama dalam islam, yang menyelaraskan antara agama
dan filsafat. Ia memberikan dua pandangan yang berbeda. Pertama, mengikuti jalur
ahli logika dan memilsafatkan agama. Kedua, memandang agama sebagai sebuah ilmu
ilaihiah dan menempatkannya di atas filsafat. Ilmu Ilahia ini diketahui melalui
jalur para nabi. Tetapi melalui penapsiran filosofis, agama menjadi selaras denganfi
lsafat.
Suatu
pengetahuan memadai dan meyakinkan tentang Tuhan merupakan tujuan akhir filsafat
ketunggalan, ketakterbagian, dan menyebabkan beban gerak merupakan sifat-sifatnya
yang dinyatakan oleh Theon. Ketika Al-Kindi menyebutkan itu, ia tidak lebih dari
pengalih konsepsi Hellenistis tentang Tuhan. Keaslian Al-Kindi terletak pada upayanya mendamaikan konsep islam tentang Tuhan
dengan gagasan filosofis Neo-Platonis terkemudian. Gagasan dasar tentang Tuhan adalah
Keesaan-Nya, penciptaan olehnya dari ketergantungan semua penciptaan kepadanya.
Sifat-sifat ini dalam Al-Qur’an dinyatakan secara tak filosofi satau dialektis.
Alam
dalam system Aristoreles, terbatas dari ruang tetapi takterbatas oleh waktu,
karena gerakan alam seabadi penggerak tak tergerakkan. Keabadian alam dalam pemikiran
islam, ditolak, karena islam berpendirian bahwa alam diciptakan.
C. Al-faraby
Abu Nashr Muhammad ibn Tasrkhanibn
Al-Uzalagh Al-faraby lahir di Wasij di Distrikf Arab (yang juga dikenal dengan nama
Utar) di Transoxiana, sekitar tahun 870 M dan wafat di Damaskus pada tahun 950
M. Ayahnya adalah seorang opsirtentara keturunan Persia ( kendati pun nama kakek
dan kakek buyutnya jelas menunjukkan mama turki yang mengabdi kepada pangeran-pangeran
Dinasati Samaniyah. Barang kali masuknya keluarga ini kedalam islam terjadi pada
masa hidup kakeknya, Tarkhan. Peristiwa ini kira-kira terjadi persamaan dengan peristiwa
penaklukan atas Farab oleh dinastismania pada 839-840 M.
Pendidikan Al-Farabi belajar ilmu-ilmu
islam di Bukhara pada masa khalifaan Al-Mu’tadid (892-902 M), baik Yuhanna Ibn Hailan
maupun Al-Farabi pergi ke Baghdad. Sumbangsinya dalam penempaan sebuah bahasa filsafat,
baru dalam bahas arab. Meskipun menyadari perbedaan antara tata bahasaYanani dan
arab.
Karya-karyanyatadari
Al-Farabiadalah :
1. AL-Jami’uBainaRa’ya
Al-hakimain Al-FalatoniAl-HahiywaAristho-thails
(pertemuanataupenggabunganpendapatantaraPlato danAristoteles).
2. Tahsilu
as Sa’adah (mencarikebahagiaan)
3. As
Suyasatu Al Madinah (politikpemerintahan)
4. Fususu
Al Taram (hakekatkebenaran)
5. Arroo’uAhli
Al madinah Al Fadilah
(pemekiran-pemikiranutamapemerintahan)
6. As
Syiyasyah (ilmupolitik)
7. Fi
Ma’ani Al Aqli
8. Ihsho
‘u Al ulum (kumpulanberbagaiilmu)
9. At
Tangibuala As Sa’adah.
10. Isabetu
Al Mufaraqaa
D. IBNU TAIYMIYAH
Abul Abbas
Taqiuddin Ahmad bin Abdus Salam bin Abdullah bin Taimiyah al Harrani atau yang biasa disebut dengan nama Ibnu Taimiyah saja (lahir: 22 Januari 1263/10
Rabiul Awwal 661 H –
wafat: 1328/20
Dzulhijjah 728 H), adalah seorang pemikir dan ulama Islam dari Harran, Turki
Ibnu Taymiyyah berpendapat bahwa tiga
generasi awal Islam, yaitu Rasulullah Muhammad
SAW dan Sahabat Nabi,
kemudian Tabi'in
yaitu generasi yang mengenal langsung para Sahabat Nabi, dan Tabi'ut
tabi'in yaitu generasi yang mengenal langsung para
Tabi'in, adalah contoh yang terbaik untuk kehidupan Islam.
Ia berasal dari keluarga religius. Ayahnya
Syihabuddin bin Taimiyah adalah seorang syaikh, hakim, dan khatib. Kakeknya
Majduddin Abul Birkan Abdussalam bin Abdullah bin Taimiyah al Harrani adalah
seorang ulama yang menguasai fiqih, hadits, tafsir, ilmu ushul dan penghafal Al
Qur'an (hafidz). Ibnu Taimiyah lahir di zaman ketika Baghdad
merupakan pusat kekuasaan dan budaya Islam pada masa Dinasti
Abbasiyah. Ketika berusia enam tahun (tahun 1268),
Ibnu Taimiyah dibawa ayahnya ke Damaskus
disebabkan serbuan tentara Mongol atas Irak.
Semenjak kecil sudah terlihat tanda-tanda
kecerdasannya. Begitu tiba di Damaskus,
ia segera menghafalkan Al-Qur’an dan mencari berbagai cabang ilmu pada para
ulama, hafizh dan ahli hadits negeri itu. Kecerdasan serta kekuatan otaknya
membuat para tokoh ulama tersebut tercengang. Ketika umurnya belum mencapai
belasan tahun, ia sudah menguasai ilmu ushuluddin dan mendalami bidang-bidang
tafsir, hadits, dan bahasa Arab. Ia telah mengkaji Musnad Imam Ahmad sampai
beberapa kali, kemudian Kutubu Sittah dan Mu’jam At-Thabarani Al-Kabir. Suatu
kali ketika ia masih kanak-kanak, pernah ada seorang ulama besar dari Aleppo, Suriah
yang sengaja datang ke Damaskus khusus untuk melihat Ibnu Taimiyah yang
kecerdasannya menjadi buah bibir. Setelah bertemu, ia memberikan tes dengan
cara menyampaikan belasan matan hadits sekaligus. Ternyata Ibnu Taimiyah mampu
menghafalkannya secara cepat dan tepat. Begitu pula ketika disampaikan
kepadanya beberapa sanad, iapun dengan tepat pula mampu mengucapkan ulang dan
menghafalnya, sehingga ulama tersebut berkata: "Jika anak ini hidup,
niscaya ia kelak mempunyai kedudukan besar, sebab belum pernah ada seorang
bocah sepertinya".
Sejak kecil ia hidup dan dibesarkan di
tengah-tengah para ulama sehingga mempunyai kesempatan untuk membaca
sepuas-puasnya kitab-kitab yang bermanfaat. Ia menggunakan seluruh waktunya
untuk belajar dan belajar dan menggali ilmu, terutama tentang Al-Qur'an dan
Sunnah Nabi.
Ia adalah orang yang keras pendiriannya dan
teguh berpijak pada garis-garis yang telah ditentukan Allah, mengikuti segala
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Ia pernah berkata: ”Jika
dibenakku sedang berfikir suatu masalah, sedangkan hal itu merupakan masalah
yang muskil bagiku, maka aku akan beristighfar seribu kali atau lebih atau
kurang. Sampai dadaku menjadi lapang dan masalah itu terpecahkan. Hal itu aku
lakukan baik di pasar, di masjid atau di madrasah. Semuanya tidak menghalangiku
untuk berdzikir dan beristighfar hingga terpenuhi cita-citaku.”
Sangat luar biasa, tidak hanya di lapangan
ahli ilmu pengetahuan saja ia terkenal, ia juga pernah memimpin sebuah pasukan
untuk melawan pasukan Mongol di
Syakhab, dekat kota Damaskus, pada tahun 1299 Masehi dan beliau mendapat
kemenangan yang gemilang. Pada Februari 1313, beliau juga bertempur di kota
Jerussalem dan mendapat kemenangan. Dan sesudah karirnya itu, beliau tetap
mengajar sebagai profesor yang ulung [1]
Di Damaskus ia belajar pada banyak guru, dan
memperoleh berbagai macam ilmu diantaranya ilmu hitung (matematika),
khat (ilmu tulis menulis Arab),
nahwu, ushul fiqih. Ia dikaruniai kemampuan mudah hafal dan sukar lupa. Hingga
dalam usia muda, ia telah hafal Al-Qur'an.
Kemampuannya dalam menuntut ilmu mulai terlihat pada usia 17 tahun. Dan usia
19, ia telah memberi fatwa dalam masalah masalah keagamaan.
Ibnu Taymiyyah amat menguasai ilmu rijalul hadits
(perawi hadits) yang berguna dalam menelusuri Hadits dari periwayat atau
pembawanya dan Fununul hadits (macam-macam hadits) baik yang lemah, cacat atau
shahih. Ia memahami semua hadits yang termuat dalam Kutubus Sittah
dan Al-Musnad.
Dalam mengemukakan ayat-ayat sebagai hujjah atau dalil, ia memiliki kehebatan
yang luar biasa, sehingga mampu mengemukakan kesalahan dan kelemahan para
mufassir atau ahli tafsir. Tiap malam ia menulis tafsir, fiqh, ilmu 'ushul
sambil mengomentari para filusuf . Sehari semalam ia mampu menulis empat buah
kurrosah (buku kecil) yang memuat berbagai pendapatnya dalam bidang syari'ah. Ibnul Wardi
menuturkan dalam Tarikh Ibnul Wardi
bahwa karangannya mencapai lima ratus judul. Karya-karyanya yang terkenal
adalah Majmu' Fatawa yang berisi masalah fatwa fatwa dalam agama Islam
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat
berasal dari bahasa yunani yang telah diarahkan, kata ini berasal dari dua kata
“philos” dan “shopia” yang berarti pecinta pengetahuan, konon yang pertama kali
menggunakan kata “philoshop” adalah Socrates (dan masih konon juga). Fisafat
yang umun digunakan ada tiga yaitu filsafat yunani kuno (Ancient Philosophy),
filsafat abad tengah (Middle Ages Philosophy), dan filsafat modern (Modern
Philosophy).
Orang
yang mula-mula sekali menggunakan akal secara serius adalah orang yunani yang
bernama Thales (kira-kira Tahun 624-546 SM) orang inilah di gelari bapak
filsafat.Jika munculnya Socrates dapat di anggap sebagai reaksi terhadap akal
yang terlalu mendominasi manusia
Tokoh-tokoh
filsafat pasca modern cukup banyak yaitu seluruh tokoh filsafat dekonstruksi
seperti Arkoun, Derrida, Foucault, wittgenstien.
B. Saran
Dengan penulisan makalah ini
diharapkan kepada seluruh pembaca agar lebih bersemangat Dan lebih mendalami
mata kuliah filsafat umum.
DAFTAR
PUSTAKA
Prof.Dr. Ahmad Tafsir.2003.
filsafat umum. Bandung : PT. REMAJA RODASKARYA.
Asmoro Achmadi.2008. Filsafat
Umum. Jakarta : PT. RAJA GRAFINDO PERSADA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar