Minggu, 04 November 2012

Filzafat Umum Akal dan Hati Pada Pasca Modern


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Filsafat berasal dari bahasa yunani yang telah diarahkan, kata ini berasal dari dua kata “philos” dan “shopia” yang berarti pecinta pengetahuan, konon yang pertama kali menggunakan kata “philoshop” adalah Socrates (dan masih konon juga) dia menggunakan kata ini karena dua alas an pertama, kerendah hatian dia meskipun ia seorang yang pandai dan luas pengetahuannya dan tidak mau menyebut dirinya sebagai orang yang pandai. Tetapi ia memilih untuk disebut pecinta pengetahuan.
Orang yang mula-mula sekali menggunakan akal secara serius adalah orang yunani yang bernama Thales (kira-kira Tahun 624-546 SM) orang inilah di gelari bapak filsafat.Jika munculnya Socrates dapat di anggap sebagai reaksi terhadap akal yang terlalu mendominasi manusia, maka munculnya Descartes dapat dianggap sebagai reaksi terhadap dominasi suara hati (dalam haliman Kristen) terhadap jalan hidup manusia. Dua tokoh besar muncul dari dua latar belakang yang amat berbeda yang satu muncul karena ulah akal ,yang satu lagi muncul karena ulah orang mengatas namakan agama Kristen yang terlalu dipengaruhi oleh hati atau rasa.
Adapun sistem yang hendak diajukan yaitu manusia ideal adalah manusia yang utuh, yaitu manusia yang menggunakan indra, akal, dan hatinya secara seimbang, manusia yang jalan hidupnya ditentukan oleh pertimbangan indra, akal dan hatinya secara seimbang, sekaligus, dan menyeluruh.
     
B.    Rumusan Masalah
Dalam makalah ini agar lebih mudah untuk dipahami maka penulis berupaya untuk memberikan batasan hingga mudah di mengerti dengan jelas isi makalah ini sendiri baik dengan rumusan sebagai berikut :
a.      Zaman Pasca Modern
b.     Al- Faraby
c.      Al- Kindy
d.     Ibnu Taiymiyah

  
BAB II
AKAL DAN HATI PADA ZAMAN PASCA MODERN

A.    Zaman Pasca Modern
Fisafat yang umun digunakan ada tiga yaitu filsafat yunani kuno (Ancient Philosophy), filsafat abad tengah (Middle Ages Philosophy), dan filsafat modern (Modern Philosophy). Filsafat pada masa yunani kuno didominasi oleh Rasionalisme, abad tengah di dominasi agama Kristen, dan filsafata bad modern didominisasi lagi oleh Rasionalisme, ketika itu memang sudah ada muncul jenis filsafat baru, sehingga filsafat keempat itu disebut sebagai filsafat kontenpordeks (Contemporary Philosophy). Periode ini disebut filsafat pasca modern (Post Modern Philosophy), biasanya anak-anak sering menyebutkan filasafat posmo.
Bila hubungan antara hati dan akal manusia telah diputuskan maka manusia akan memperoleh kenyataan tentang behwa pernyataan tentang rumusan hidup ideal tidak akan pernah terjawab. Memilih sains dan tekhnologi sebagai satu-satunya gantungan hidup, atau meletakkan sains dan tekhnologi sebagai pemegang otoritas tertinggi dalam kehidupan, berarti kita telah menyerah kehidupan manusia kepada alat yang dibuat sendiri.
Kritik filsafat pasca modern terhadap filsafat modern terungkap dalam istilah dekonstruksi seperti yang digunakan oleh para tokoh filsafat pasca modern. Apa yang telah di dekonstruksi oleh filsafat pasca modern ? Filsafat pasca modern itu adalah rasionalisme, yang dikontribusi tentu saja rasionalisme  yang digunakan untuk membangun seluruh isi kebudayaan dunia barat.
Tokoh-tokoh filsafat pasca modern cukup banyak yaitu seluruh tokoh filsafat dekonstruksi seperti Arkoun, Derrida, Foucault, wittgenstien. Berpendapat bahwa Nietzsche adalah tokoh-tokoh pertama yang sudah menyatakan ketidak puasannya terhadap dominasi atau pembawaan rasio pada tahun 1880 an, dan mungkin dapat tokoh pertama Filsafat dekonstruksi adalah Nietzsche itu, jadi dikatakan tokoh pertama filsafat pasca modern adalah Nietzsche itu.
Pada tahun 1880 an Nietzsche telah menyatakan bahwa budaya barat telah berada di pinggir jurang kehancuran karena terlalu mendewakan rasio, dan tahun 1990 an capra menyatakan bahwa budaya barat telah hancur juga karena terlalu mendewakan rasio, mengapa ? karena ia merupakan filsafat yang keliru dan juga keliru cara menggunakannya, yaitu rasionalisme dan kekeliruan dalam menggunakan rasionalsme itulah budaya barat hancur.
Seodjatmoko (1984:202) mengatakan bahwa ilmu dan teknologi sekarang ini berhadapan dengan pertanyaan pokok tentang jalan yang harus ditempuh, pernyataan itu sebenarnya berkaisar pada masalah ketidak mampuan manusia mengendalikan ilmu dan teknologi itu. Jalannya ilmu dan teknologi tidak dapat lagi dikendalikan manusia. Pernyataan pernyataan mengenai dirinya sendiri mengenai tujuan dan cara pengembangannya tidak akan dijawab oleh ilmu teknologi tanpa menoleh pada patokan mengenai moralitas, makna dan tujuan hidup , termasuk apa yang lebih baik dan yang buruk kepada manusia modern. Patokan tentang moralitas, makna dan tujuan hidup ternyata berakar pada agama, kata Soedjatmoko (1984 : 203).
Pada aspek ekonomi terdapat pulan ancaman serius, menghadapi ancaman rangkap tiga (habisnya sumber energy, inflasi, pengangguran) dalam bidang ekonomi telah menyebabkan politisi tidak tahu lagi mana yang harus diselesaikan terlebih dahulu, mereka bersama-sama dengan media berdebat tentang prioritas, tanpa menyadari bahwa masalah-masalah ekonomi itu dan juga masalah kesehatan dan lingkungan tadi sebenarnya merupakan sebuah kritis tunggal d an (capra, 1998 : 9).
Kata capra, pada intelektual menyebut nama sumber kemunduran tadi adalah keadaan semacam Vietnam, Watergate, dan bertahannya perkampungan kumuh, kemiskinan dan kejahatan, namun tidak seorangpun dari mereka. Demikian capra , mengenali persoalan sebenarnya yang mendasari krisis itu menurut capra persoalan yang sebenarnya adalah persoalan sistemik yang berarti persoalan itu saling berhubungan dan saling bergantung. Menurut capra, awal persoalan itu dimulai dari kekeliruan pemikiran.
Menurut pendapat kami, kami setuju bahwa budaya barat berada dipinggir jurang kehancuran karena apabila kita hanya menggunakan rasio tanpa menggunkan hati maka akan hampa atau tidak seimbang, alangkah bagusnya apabila kita dalam melakuan sesuatu selalu menggunakan rasio juga menggunakan hati agar hasil dari perbuatan kita yaitu tidak akan menimbulkan kegiatan disatu pihak.
Dan melihat kemungkinna lain, yaitu harus ada tiga paradigma (masing masing untuk budaya sains dan seni dan etika untuk merekayasa kembali budaya dunia, ketiga paradigma itu harus diturunkan dari islam, mengapa mengambil islam bukan I ching ? karena sekalipun seandainya filsafat I ching itu dunia sebagai suatu keseluruhan, tetapi filsafat itu belum pernah pernah mampu membangun suatu masyarakat atau Negara sesuai dengan isi filsafat itu sedangkan islam, selain juga ajarannya juga melihat dunia sebagai suatu keseluruhan telah membuktikan dirinya mampu membentuk masyarakat Negara yang menrapkan isi filsafatnya itu, yaitu Negara madinah pada zaman Nabi, Abu Bakar dan Umar kemudian muncul lagi pada zaman Umar Bin Abdul Azis, dan sekali lagi pad zaman makmud di Baghdat.
Sebenarnya untuk pengembangan budaya sains, paradigma ini sungguh sesuai dan amat memadai, tetapi untuk mengembangkan budaya dalam bidang seni dan etika paradigma itu tidak memadai. Yang dilakukan dibarat ini selama ini adalah paradigma sains, itu digunakan dalam pengembangan budaya sains, dan dipaksakan juga digunakan dalam pengembangan budaya seni dan etika, dan disinilah letak penyebab awal itu seharusnya untuk pengembangan budaya sains digunakan paradigma sains, untuk budaya seni digunakan paradigma lain yang sesuai, demikian juga untuk pengembangan budaya etika.
Jauh sebelum munculnya kesadaran akan kehancuran budaya barat, Nietzsche (1844-1900) telah meningkatkan orang akan kekeliruannya dalam mendewakan rasio. Hadermas misalnya mengatakan bahwa Nietzsche adalah titik balik kesadaran manusia akan rasinalistanya (Sunardi, 1996 : V). ia sangat keritis terhadap cita-cita modernisme yang berkuasa di Erofa pada waktu itu, kepercayaan akan proses sudah dilecehkan Nietzsche sejak akhir abad lalu. Kegairahan orang akan rasionalisme ketika itu dirombak oleh Nietzsche, jika akhir akhir ini orang menderita demam dekonstruksi, maka Nietzsche yang menjadi pencetusnya.
Dari analisis filsafat dan sejarah kudyaan kita mengetahui bahwa budaya barat di susun dengan menggunakan hanya satu paradigma, yaitu paradigma sains (Scientific Paradigma). Paradigma ini di susun berdasarkan warisan Descartesdan Newton. Warisan dua tokoh ini merupakan inti pembahasan dari capra,ia menyatakan bahwa paradigma yang diturunkan dari cartesian dan Newtonian itulah bahwa yang menghasilkan paradigma tunggal yang digunakan dalam mendesains budaya barat. Kesalahan terjadi karena karena paradigma itu tidak melihat alam ini pada bagian yang emperiknya saja.
Haedar Nashir, dalam agama dan kritis kemanusiaan modern (1990) mengungkapkan bahwa beberapa segi menarik pada krisis manusia modern. Pendewaan rasio manusia telah menjerumuskan manusia pada sekularisasi kedadaran dan pencciptaan ketidak berartian hidup,penyakit mental justru menjadi penyakit zaman seperti keserakahan, penyakit mental justru melakukan kekerasan. Kekerasan itu amat mungkin berkembang karena adanya pandangan bahwa ukuran keberhasilan seseorang adalah sejauh mana ia mampu mengumpulkan materi dan symbol-simbol lahirlah yang bersifat formal.
Ancaman lain masih ada, kelebihan penduduk dan teknologi industri telah menjadi penyebab terjadinya degradasi hebat pada lingkungan alam sepenuhnya menjadi gantungan hidup kita. Yang ini pun mengancam kesehatan, dan kesejahtraan umat manusia. Kota-kota besar telah diselimuti asal tebal yang berwarna kuning-kuningan yang tersa nenyesatkan dada.polusi udara yang terus menerus ini tidak hanya mempengaruhi manusia melainkan juga menggaanggu system ekologi.polusi udara membunuh tumbuh-tumbuhan dan mengubah secara drastis polusi hewan yang tergantung pada tetumbuhan itu.
Secara rinci menjelaskan bahwa yang mengancam kehidupan ras manusia. Dan ketidak mampuan kaum intelektual mencari jalan mengatasinya. Cata capra kita telah menimbun puluhan senjata nuklir, yang cukup untuk menghancurkan dunia beberapa kali, dan perlombaan senjata itupun berlanjut dengan kecepatan yang melaju. Pada bulan November 1978. Sewaktu Amerika Serikat dan Uni Soviet sedang menyelesaikan babak kedua pembicaraan pembatasan senjata nuklir dan dua tahun kemudian program tersebut memuncak dalam ledakan militer terbesar dalam secara anggaran belanja 5 tahun untuk pertahanan sebesar 1000 Miliar dolar.sejak itu pabrik senjata yang kekuatan penghancurnya belum pernah tertandingi.
Pembuatan senjata besar-besaran oleh negara kaya dan pembelian senjata besar-besaran oleh Negara miskin cukup menyebabkan capra heran. Tentu saja pada umumnya manusia normal akan heran karena pihak lain lebih dari 15 juta orang sebagian besar ana-anak meninggal karena kelaparan setiap tahun,500 juta lainnya kekurangan gizi serius, hamper 40 % penduduk dunia tidak mempunyai peluang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan professional, 35 % pendudik dunia kekurangan air bersih, sementara Negara-negara sedang berkembang menghabiskan biaya untuk persenjataan 3 kali lebih besar ketimbang untuk kesehatan, dunia sedang penuh kontradiksi.
Tiga dasa warsa menjelang terakhirnya abad ke-20, terjadi perkembangan baru yang mulai menyadari bahwa manusia selama ini telah salah dalam menjalani kehidupanya. Dunia ilmu muncul pandangan yang menggugat paradigma positivistic. Tokoh seperti Kuhn (1970) telah mengisyaratkan adanya upaya pendobrakan ia mengatakan bahwa kebenaran ilmu bukanlah suatu kebenaran Sui generis (objektif). Dengan mengatakan bahwa kebenaran ilmu bukanlah suatu kebenaran ilmu bukanlah suatu kebenaran positivism ang menjadikan Rasionalisme sebagai andalan satu-satunya.
Hermer Suwardi, guru besar filsafat ilmusarjana Universitas Padjajaran Bandung dengan mengecam paradigma filsafat ilmu yang digunakan dibarat. Filsafat ilmu yang di Barat, katanya, hanya mengandalkan satu paradigm ini tidak mampu melihat alam semesta secara keseluruhan. Karena ini ia mengusulkan paradigm baru yaitu paradigma ilmu yang tersumber pada Tuhan.
Capra telah menulis buku yang di siapkan dalam jangka panjang. Mula-mula ia menulis The Tao Of Physies. Buku ini telah menggerakkan dunia filsafat khususnya filsafat fisika , dalam buku ini capra mencoba memperhatikan hubungan antara revolusi spiritual dengan Fisika (capra, 1998:xxiii) enam tahun kemudia ia menerbitkan buku penting, The Turning point : Science, Society and The Rising Culture, dalam edisi bahasa Indonesia titik balik perdaban.
Apa saja isi filsafat zaman pasca zaman modern itu? Isiny banya tetapi ada yang paling penting, filsafat pasca modern  tidak puas terhadap Rasionalisme, karena itu Rasionalisme harus didekonstruksi yang baru? Saya kira belim ada yang sungguh-sungguh penting dan mendasar. Para filosof dekonstruksi (yaitu para filosof pasmo) baru hamper selesai membicarakan cara merekonstruksi filsafat baru, mereka masih menyelesaikan metodologinya.

B.    Al-Kindy
Al-Kindilahir  pada tahun 809 M, nama sebenarnya adalah Abu Yusuf Ya’kub Bin Ishak Al-kindi. Ia adalah keturunan suku Kindah, Arab selatan yang merupakan salah satu suku Arab besar pra-islam. Ayahnya Ishak Al-Sabah adalah seorang Gubernur Kufah di masa Khalifah Al-Mahdi (775-78 M) dan Khalifah Ar-Rasyid (786-809 M). Ia lahir ditengah keluarga yang kaya akan informasi kebudayaan dan berderajat tinggi serta terhormat dimata masyarakat. Al-Kindi (185 H/873 M). 
Ia pergike Bashra yang pada saat itu merupakan tempat persemian gerakan intelektual pada pusat ilmu pengetahuan yang besar. Ia lalu pergi ke Baghdad dan menyelesaikan pendidikannya, disini ia berkenalan dengan Al-Ma’mun, Al-Mu’tasim dan Ahmad Putra Al-Mu’tasim. Ia diangkat sebagai guru pribadi Ahmad, yang padanya ia mempersembahkan karya-karya yaitu :
1.     BidangAstronom
2.     Meteorology
3.     Ramalan
4.     Besaran (Magnitude)
5.     IlmuPengobatan
6.     Geometri
7.     IlmuHitung
8.     Logika
9.     Sferika
Karya-karya yang disebutkan diatas adalah merupakan sebagian terkecil dari sekian banyak Al-Kindi. Karya Al-kindi disusun oleh An-Nadim yang menyebutkan tidak kurang dari 242 buah karya Al-Kindi.
Ajaran Filsafatnya menurut Al-Kindi, filsafat hendaknya diterima sebagai bagian dari kebudayaan islam. Gagasan Al-Kindi mengenai Filsafat berasal dari Aristotelianisme Neo-Platonis, namun juga benar ia mengatakan gagasan itu dalam konteks baru dengan mendamaikan warisan Hellenistis dengan islam.
Seselarasan filsafat dan agama, Al-Kindi mengarahkan Filsafat muslim kearah kesesuaian antara filsafat dan agama. Filsafat berlandaskan akal pikiran sedangkan agama berdasarkan wahyu. Logika merupakan metode filsafat sedangimana merupakan kepercayaan kepada hakikat yang disebutdalam  Al-Qur’an sebagaimana diwahyukan Allah kepada Nabi-Nya.
Keselarasan antara filsafat dan agama didasarkan pada tiga alasan :
1.     Ilmu agama merupakan bagian dari filsafat
2.     Wahyu yang diturunkan kepada nabi dan kebenaran filsafat saling bersesuaian
3.     Menuntut ilmu, secara logika diperintahkan dalam agama
Kesimpulannya Al-Kindi adalah Filosof pertama dalam islam, yang menyelaraskan antara agama dan filsafat. Ia memberikan dua pandangan yang berbeda. Pertama, mengikuti jalur ahli logika dan memilsafatkan agama. Kedua, memandang agama sebagai sebuah ilmu ilaihiah dan menempatkannya di atas filsafat. Ilmu Ilahia ini diketahui melalui jalur para nabi. Tetapi melalui penapsiran filosofis, agama menjadi selaras denganfi lsafat.
Suatu pengetahuan memadai dan meyakinkan tentang Tuhan merupakan tujuan akhir filsafat ketunggalan, ketakterbagian, dan menyebabkan beban gerak merupakan sifat-sifatnya yang dinyatakan oleh Theon. Ketika Al-Kindi menyebutkan itu, ia tidak lebih dari pengalih konsepsi Hellenistis tentang Tuhan. Keaslian Al-Kindi terletak pada  upayanya mendamaikan konsep islam tentang Tuhan dengan gagasan filosofis Neo-Platonis terkemudian. Gagasan dasar tentang Tuhan adalah Keesaan-Nya, penciptaan olehnya dari ketergantungan semua penciptaan kepadanya. Sifat-sifat ini dalam Al-Qur’an dinyatakan secara tak filosofi satau dialektis.
Alam dalam system Aristoreles, terbatas dari ruang tetapi takterbatas oleh waktu, karena gerakan alam seabadi penggerak tak tergerakkan. Keabadian alam dalam pemikiran islam, ditolak, karena islam berpendirian bahwa alam diciptakan.

C.    Al-faraby
Abu Nashr Muhammad ibn Tasrkhanibn Al-Uzalagh Al-faraby lahir di Wasij di Distrikf Arab (yang juga dikenal dengan nama Utar) di Transoxiana, sekitar tahun 870 M dan wafat di Damaskus pada tahun 950 M. Ayahnya adalah seorang opsirtentara keturunan Persia ( kendati pun nama kakek dan kakek buyutnya jelas menunjukkan mama turki yang mengabdi kepada pangeran-pangeran Dinasati Samaniyah. Barang kali masuknya keluarga ini kedalam islam terjadi pada masa hidup kakeknya, Tarkhan. Peristiwa ini kira-kira terjadi persamaan dengan peristiwa penaklukan atas Farab oleh dinastismania pada 839-840 M.
Pendidikan Al-Farabi belajar ilmu-ilmu islam di Bukhara pada masa khalifaan Al-Mu’tadid (892-902 M), baik Yuhanna Ibn Hailan maupun Al-Farabi pergi ke Baghdad. Sumbangsinya dalam penempaan sebuah bahasa filsafat, baru dalam bahas arab. Meskipun menyadari perbedaan antara tata bahasaYanani dan arab.
Karya-karyanyatadari Al-Farabiadalah :
1.     AL-Jami’uBainaRa’ya Al-hakimain Al-FalatoniAl-HahiywaAristho-thails (pertemuanataupenggabunganpendapatantaraPlato danAristoteles).
2.     Tahsilu as Sa’adah (mencarikebahagiaan)
3.     As Suyasatu Al Madinah (politikpemerintahan)
4.     Fususu Al Taram (hakekatkebenaran)
5.     Arroo’uAhli Al madinah  Al Fadilah (pemekiran-pemikiranutamapemerintahan)
6.     As Syiyasyah (ilmupolitik)
7.     Fi Ma’ani Al Aqli
8.     Ihsho ‘u Al ulum (kumpulanberbagaiilmu)
9.     At Tangibuala As Sa’adah.
10.  Isabetu Al Mufaraqaa

D.    IBNU TAIYMIYAH
Abul Abbas Taqiuddin Ahmad bin Abdus Salam bin Abdullah bin Taimiyah al Harrani  atau yang biasa disebut dengan nama Ibnu Taimiyah saja (lahir: 22 Januari 1263/10 Rabiul Awwal 661 H – wafat: 1328/20 Dzulhijjah 728 H), adalah seorang pemikir dan ulama Islam dari Harran, Turki
Ibnu Taymiyyah berpendapat bahwa tiga generasi awal Islam, yaitu Rasulullah Muhammad SAW dan Sahabat Nabi, kemudian Tabi'in yaitu generasi yang mengenal langsung para Sahabat Nabi, dan Tabi'ut tabi'in yaitu generasi yang mengenal langsung para Tabi'in, adalah contoh yang terbaik untuk kehidupan Islam.
Ia berasal dari keluarga religius. Ayahnya Syihabuddin bin Taimiyah adalah seorang syaikh, hakim, dan khatib. Kakeknya Majduddin Abul Birkan Abdussalam bin Abdullah bin Taimiyah al Harrani adalah seorang ulama yang menguasai fiqih, hadits, tafsir, ilmu ushul dan penghafal Al Qur'an (hafidz). Ibnu Taimiyah lahir di zaman ketika Baghdad merupakan pusat kekuasaan dan budaya Islam pada masa Dinasti Abbasiyah. Ketika berusia enam tahun (tahun 1268), Ibnu Taimiyah dibawa ayahnya ke Damaskus disebabkan serbuan tentara Mongol atas Irak.
Semenjak kecil sudah terlihat tanda-tanda kecerdasannya. Begitu tiba di Damaskus, ia segera menghafalkan Al-Qur’an dan mencari berbagai cabang ilmu pada para ulama, hafizh dan ahli hadits negeri itu. Kecerdasan serta kekuatan otaknya membuat para tokoh ulama tersebut tercengang. Ketika umurnya belum mencapai belasan tahun, ia sudah menguasai ilmu ushuluddin dan mendalami bidang-bidang tafsir, hadits, dan bahasa Arab. Ia telah mengkaji Musnad Imam Ahmad sampai beberapa kali, kemudian Kutubu Sittah dan Mu’jam At-Thabarani Al-Kabir. Suatu kali ketika ia masih kanak-kanak, pernah ada seorang ulama besar dari Aleppo, Suriah yang sengaja datang ke Damaskus khusus untuk melihat Ibnu Taimiyah yang kecerdasannya menjadi buah bibir. Setelah bertemu, ia memberikan tes dengan cara menyampaikan belasan matan hadits sekaligus. Ternyata Ibnu Taimiyah mampu menghafalkannya secara cepat dan tepat. Begitu pula ketika disampaikan kepadanya beberapa sanad, iapun dengan tepat pula mampu mengucapkan ulang dan menghafalnya, sehingga ulama tersebut berkata: "Jika anak ini hidup, niscaya ia kelak mempunyai kedudukan besar, sebab belum pernah ada seorang bocah sepertinya".
Sejak kecil ia hidup dan dibesarkan di tengah-tengah para ulama sehingga mempunyai kesempatan untuk membaca sepuas-puasnya kitab-kitab yang bermanfaat. Ia menggunakan seluruh waktunya untuk belajar dan belajar dan menggali ilmu, terutama tentang Al-Qur'an dan Sunnah Nabi.
Ia adalah orang yang keras pendiriannya dan teguh berpijak pada garis-garis yang telah ditentukan Allah, mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Ia pernah berkata: ”Jika dibenakku sedang berfikir suatu masalah, sedangkan hal itu merupakan masalah yang muskil bagiku, maka aku akan beristighfar seribu kali atau lebih atau kurang. Sampai dadaku menjadi lapang dan masalah itu terpecahkan. Hal itu aku lakukan baik di pasar, di masjid atau di madrasah. Semuanya tidak menghalangiku untuk berdzikir dan beristighfar hingga terpenuhi cita-citaku.”
Sangat luar biasa, tidak hanya di lapangan ahli ilmu pengetahuan saja ia terkenal, ia juga pernah memimpin sebuah pasukan untuk melawan pasukan Mongol di Syakhab, dekat kota Damaskus, pada tahun 1299 Masehi dan beliau mendapat kemenangan yang gemilang. Pada Februari 1313, beliau juga bertempur di kota Jerussalem dan mendapat kemenangan. Dan sesudah karirnya itu, beliau tetap mengajar sebagai profesor yang ulung [1]
Di Damaskus ia belajar pada banyak guru, dan memperoleh berbagai macam ilmu diantaranya ilmu hitung (matematika), khat (ilmu tulis menulis Arab), nahwu, ushul fiqih. Ia dikaruniai kemampuan mudah hafal dan sukar lupa. Hingga dalam usia muda, ia telah hafal Al-Qur'an. Kemampuannya dalam menuntut ilmu mulai terlihat pada usia 17 tahun. Dan usia 19, ia telah memberi fatwa dalam masalah masalah keagamaan.
Ibnu Taymiyyah amat menguasai ilmu rijalul hadits (perawi hadits) yang berguna dalam menelusuri Hadits dari periwayat atau pembawanya dan Fununul hadits (macam-macam hadits) baik yang lemah, cacat atau shahih. Ia memahami semua hadits yang termuat dalam Kutubus Sittah dan Al-Musnad. Dalam mengemukakan ayat-ayat sebagai hujjah atau dalil, ia memiliki kehebatan yang luar biasa, sehingga mampu mengemukakan kesalahan dan kelemahan para mufassir atau ahli tafsir. Tiap malam ia menulis tafsir, fiqh, ilmu 'ushul sambil mengomentari para filusuf . Sehari semalam ia mampu menulis empat buah kurrosah (buku kecil) yang memuat berbagai pendapatnya dalam bidang syari'ah. Ibnul Wardi menuturkan dalam Tarikh Ibnul Wardi bahwa karangannya mencapai lima ratus judul. Karya-karyanya yang terkenal adalah Majmu' Fatawa yang berisi masalah fatwa fatwa dalam agama Islam

  
BAB III
PENUTUP

       A.    Kesimpulan
Filsafat berasal dari bahasa yunani yang telah diarahkan, kata ini berasal dari dua kata “philos” dan “shopia” yang berarti pecinta pengetahuan, konon yang pertama kali menggunakan kata “philoshop” adalah Socrates (dan masih konon juga). Fisafat yang umun digunakan ada tiga yaitu filsafat yunani kuno (Ancient Philosophy), filsafat abad tengah (Middle Ages Philosophy), dan filsafat modern (Modern Philosophy).
Orang yang mula-mula sekali menggunakan akal secara serius adalah orang yunani yang bernama Thales (kira-kira Tahun 624-546 SM) orang inilah di gelari bapak filsafat.Jika munculnya Socrates dapat di anggap sebagai reaksi terhadap akal yang terlalu mendominasi manusia
Tokoh-tokoh filsafat pasca modern cukup banyak yaitu seluruh tokoh filsafat dekonstruksi seperti Arkoun, Derrida, Foucault, wittgenstien.
B.    Saran
Dengan penulisan makalah ini diharapkan kepada seluruh pembaca agar lebih bersemangat Dan lebih mendalami mata kuliah filsafat umum.

  

DAFTAR PUSTAKA

Prof.Dr. Ahmad Tafsir.2003. filsafat umum. Bandung : PT. REMAJA RODASKARYA.
Asmoro Achmadi.2008. Filsafat Umum. Jakarta : PT. RAJA GRAFINDO PERSADA

Filsafat Umum Akal dan Hati Pada Abad Pertengahan


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Permulaan abad pertengahan dapat di mulai sejak Plotinus – Plotinus lahir tahun 204 M saat itu pengaruh agama Kristen sudah besar , filsafatnya berwatak spiritual.
Secara ringkas Plotinus adalah filosofis pertama yang mengajukan teori penciptaan alam semesta. Teori ini banyak diikuti filosof islam, teori itu merupakan jawaba terhadap pertanyaan Thales kira kira delapan abad sebelumnya : apa bahan alam semesta ini. Plotinus menjawab bahannya tuhan. Filsafat Plotinus kebanyakan bernapas mistik, bahwa tujuan filsafat menurut pendapatnya adalah mencapai pemahaman mistik.
Pada makalah ini akan diuraikan penjelasan tentang pemikiran Plotinus, kemudian beberapa tokoh utama filsafat abad pertengahan.

B.    Rumusan Masalah
1.    Menjelaskan Biografi dan bagaimana pemikiran filsafat mulai Plotinus, Agustinus, Anselmus, Thomas Aquinus, Karl Max ? ‘
  

BAB II
AKAL DAN HATI PADA ABAD PERTENGAHAN

A.    Plotinus (204-207)
Plotinus lahir di mesir tahun 204 M wafat tahun 270 M di Martunae Itali. belajar filsafta di Alexandria tahun 232 kepada animunios saccas selama 11 tahun. belajar kebudayaan parsi dan India dengan mengikuti raja Gordianus berperang melawan Persia.
Pemikiran Plotinus :
Pemikiran Plotinus bersandar pada doktrin doktrin Plato, yakni menganut realistas idea, akan tetapi ada perbedaan antara idea Plato dengan idea Plotinus. Idea menurut Plato satu benda, satu idea. Tetapi menurut Plotinus idea itu particular yakni melalui system pemilihan individual.
Sistim : cara / urutan.
System : totalitas ekosistem yang terdiri dari sub system yang saling berhubungan dan melengkapi mencapai tujuan. Metafisika Plotinus :
System metafisika Plotinus di tandai oleh konsep tresendens (bersifat jauh dari dunia empiris) menurut Plotinus, di dalam pikiran ada 3 realistas yaitu : the one, the mind, the soul.
The one (Yang Esa ) adalah Tuhan dalam pandangan philo (avey : 49) yaitu suatu realistas yang mungkin tidak dapat difahami melalui metode sains dan logika. Ia berada di luar existensi , di luar segala nilai. Yang Esa itu adalah puncak semua yang ada. Ia itu cahaya di atas cahaya. The one itu tidak dapat di dekati dengan pendekatan pengindraan dan juga tidak dapat di fahami dengan pemikiran logis. Kita hanya dapat menghayati adaNya, Ia tidak dapat di pikirakan. Ia tidak dapat di dekati melalui tanda tanda di dalam alam.
The Mind adalah gambaran tentang Esa dan di dalamnya mengadung idea idea Plato. Idea idea Plato itu merupakan bentuk asli obyek obyek. Kandungan mind adalah benar benar kesatuan. Untuk menghayati melalui perenungan.
The soul adalah realistas ketiga dalam filsafat Plotinus. Sebagai arsitek semua fenomena yang ada di alam ini. Soul itu mengandung satu jiwa dunia adan banyak dunia kecil. Jiwa dunia dapat di lihat melalui dua aspek ia adalah energi di belakang dunia dan pada waktu yang sama ia adalah bentuk bentuk alam semesta.
Tentang penciptaan: Plotinus berpendapat bahwa yang Esa adalah yang paling awal, sebab pertama. Disinilah mulai teori penciptaan yang terkenal dengan teori emanasi , suatu teori penciptaan yang belum pernah diajukan oleh filosof lain. Teori emanasi = teori yang berdasarkan sinar Tuhan.
Tujuan utama teori ini adalah untuk menjelaskan bahwa yang banyak (makhluq) tidak menimbulkan pengertian bahwa di dalam yang Esa ada pengertian yang banyak. Maksudnya teori emanasi ini tidak menimbulkan pengertian bahwa Tuhan itu sebanyak makhluq.
Saya sependapat dengan teori penciptaan Plotinus
Bahwa yang Esa itu yang paling awal yang ada dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakan, kemudian yang Esa itu hanya milik tuhan karena yang namaya esa itu tidak ada yang serupa dengannya.
Tentang ilmu Menurut plotinus :
1.     Sains lebih rendah dari pada metafisik
2.     Metafisika lebih rendah daripada keimanan
3.     Surga lebih berarti daripada bumi sebab surga tempat peristirahatan yang mulia.
Tentang jiwa :
Plotinus berpendapat : jiwa itu adalah sesutau kekuatan I lahiyah. Jiwa merupakan sumber kekuatan. Alam semesta berada di dalam jiwa dunia. Jiwa tidak dapat dibagi secara kwantitatif karena jiwa itu adalah sesuatu yang satu tanpa dapat dibagi. Alam semesta ini merupakan unit unit yang juga tidak dapat dibagi.
Tentang etika :
Estetika : menurut Plotinus, keindahan dekat sekali dengan kehidupan moral. Estetika dekat sekali dengan kehidupan moral. Keindahan itu menyajikan keintiman dengan Tuhan yang Maha sempurna . keindahan itu bertingkat, dari inderawi, emosi, kesusunan alam semesta yang immaterial.


B.    Augustinus (354-430)
Augustinus mempunyai tempat tersendiri dalam sejarah filsafat. Mungkin penamaan Abad Agustinus (The Age of Agustine) seperti yang telah ditulis oleh Mayer dalam bukunya disebabkan oleh Augustinus telah meletakkan dasar-dasar bagi pemikiran Abad Pertengahan mengadaptasikan Platonisme dengan idea-idea Kristen. Ia memberikan formulasi yang sistematis tentang Filsafat Kristen, suatu filsafat yang dominan terhadap Khatolik dan Protestan.
Stuart Hampshire dalam introduksi bukunya, The Age of Reason, menyatakan bahwa filsafat adalah suatu kegiata pikir manusia yang bersinambung. Pikiran seorang tokoh pada masa tertentu baru jelas dipahami setelah melihat hubungannya dengan pemikiran-pemikiran sebelumnya. Kalau demikian, maka beberapa pemikir sebelum Augustinus perlu dibicarakan terlebih dulu. Mungkin saja pemikir iru merupakan latar belakang pemikiran Augustinus.
Augustinus lahir di Tagasta, Numidia (sekarang Algeria). Pada 13 Nopember 354. Tatkala berumur sebelas tahun ia dikirim kesekolah Madaurus. Lingkungan itu telah mempengaruhi perkembangan moral dan agamanya. Tahun 369-370 dihabiskannya dirumah sebagai penganggur, tetapi suatu bacaan tentang Cicero pada bukunya Hortensius, telah membimbingnya kefilsafat.
Filsafat Augustinus merupakan sumber atau reformasi yang dilakukan oleh Protestan, khususnya kepada Luther, Zwingli, dan Calvin. Kutukannya kepada seks, pujianya kepada kehidupa pertapa, pandangannya tentang dosa asal, semuanya ini merupakan faktor yang memberikan kondisi untuk wujud pandangan-pandangan Abad Pertengahan.
Filsafatnya tentang sejarah berpengaruh terhadap gerakan-gerakan agama dan pada pemikiran sekular. Dalam pertarungan berbagai ideologi politik sekarang, ada kesamaan dalam keabsolutan, dalam dogmatisme, dan juga dalam fanatisme. Paham toesentris pada Augustinus menghasilkan suatu revolusi dalam pemikiran orang Barat. Anggapannya yang meremehkan kepentingan duniawi, kebenciannya terhadap teori-teori kealaman, imannya kepada Tuhan tetap merupakan bagaian peradaban modern. Sejak zaman Augustinuslah orang Barat lebih memiliki sifat introspektif.
Karya Augustinus yang paling berpengaruh adalah The City of God. Karya itu muncul disebabkan oleh adanya perampasan Roma oleh pasukan Alarik. Kejadian ini memiliki konsekuensi yang besar. Banyak orang Roma menganggap bahwa perampasan itu terjadi karena ketidak patuhan orang-orang Roma kepada Dewa-dewa lama dan penerimaan mereka terhadap agama Kristen. Mereka juga ragu apakah tidak salah pilih dengan agama Kristen. Karena banyak yang meilih agama Kristen kemudian melakukan praktek kafir, sebagian lain menjadi orang yang ragu karena merasa Tuhan yang mereka sembah tidak mempunyai kekuatan atas alam semesta ini. Untuk menjawab masalah itu Augustinus menulis The City of God. Buku itu berisi tidak hanya penolakan atas keraguan yang tersebar ketika itu, tetapi juga mengetengahkan suatu sejarah filsafat yang sistematis yang menarik perhatian orang-orang pada Abad Keduapuluh sekarang.
Augustinus tidak mempercayai bahwa sejarah adalah suatu siklus sejarah lebih dari itu; ia merupakan kejadian yang diatur oleh Tuhan. Jadi sebenarnya sejarah juga mempunyai suatu permulaan dan suatu akhir. Permualaannya adalah saat kejatuhan manusia, dan akhirnya adalah kemenangan Tuhan mengatasi kejahatan. Filsafat sejarah seperti ini adalah Dilsafat Sejarah dibimbing oleh Teologi. Sejarah tidak dapat dijelaskan dengan memperhitungkan faktor-faktor ekonomi, sosial, politik, sejarah dapat dipahami melalui hukum-hukum Tuhan.
Mengenai siksa neraka Augustinus mengatakan bahwa ia bersifat kekal. Origen berpendapat bahwa orang, bagaimanapun jeleknya, tidak akan kekal dineraka, Augustinus menolak pendapat ini. Kalau pendapat Origen benar, mengapa tidak berlaku bagi Setan? Demikian kata Augustinus.
Saya kurang sependapat dengan perkataan Agustinus, tentang siksa neraka, mengapa mereka mereka bisa mengeluarkan  pendapat kekal atau tidak dineraka, padahal mereka sendiri belum pernah melihat atau datang keneraka untuk mengadakan penelitian. Nabi Muhammad saja tidak tau kapan terjadinya kiamat beliau hanya tau tanda-tanda hari kiamat…


C.     Anselmus (1033-1109)
Dalam membicarakan Filsafat Abad Pertengahan St. Anselmus tidak dapat dilewatkan begitu saja. Tokoh inilah yang mengeluarkan Credo Ut Intelligam yang dapat dianggap merupakan ciri utama Filsafat pada Abad Pertengahan. Ia berasal dari Bangsawan di Aosta, Italia. Seluruh kehidupannya penuhi oleh kepatuhannya kepada Gereja. Tahun 1093 ia menjadi Uskup Agung Canterbury. Dalam dirinya mengalir arus Mistisime, dan iman merupakan masalah utama baginya. Ada tiga karyanya yaitu Monologium yang membicarakan keadaan Tuhan, Proslogium yang berisi tentang dalil-dalil adanya Tuhan, dan Cur Deus Homo yang berisi ajarannya tentang tobat dan petunjuk mengenai penyelamatan melalui Kristus.
Credo Ut Intelligam menggambarkan bahwa ia mendahulukan iman dari pada akal. Arti ungkapan itu adalah Percaya baru mengerti; secara lebih sederhana percayalah telebih dahulu supaya mengerti. Ia mengatakan bahwa wahyu diterima terlebih dahulu sebelum kita mulai berfikir. Jadi akal hanyalah sebagai pembantu wahyu. Pengaruh Plato besar terhadap pemikirannya.
Saya kurang sependapat dengan Anselmus, yang mengatakan bahwa dia mendahulukan iman dari pada akal, saya lebih sependapat dengan Thomas Aquines bahwa kita harus menyeimbangkan antara akal dan iman karena akal akan membawa kita pada keimanan yang sebenarnya, kemudian iman akan membawa kita kejalan yang benar. Kemudian bagaimana orang bisa beriman kalau tidak berakal (orang gila)
Ia berpendapat semua makhluk memiliki sejumlah kebaikan itu menunjukkan adanya kebaikan Mahatinggi yang disana semua makhluk berpartisipasi. Tuhan itu kebesarannya tidak terpikirkan (kebesarannya Mahabesar). Itu tidak mungkin hanya ada dalam pikiran. Ia juga ada dalam kenyataan (jadi benar-benar diluar pikiran). Tuhan Mahabesar ada dalam pikiran dan ada juga diluar pikiran. Secara kasar argument ini mengajarkan bahwa apa yang dipikirkan, berarti objek ini benar-benar ada tidak mungkin ada sesuatu yang hanya ada didalam pikiran, tetapi diluar pikiran objek itu tidak ada.


D.    Thomas Aquinas (1225-1274)
Ia lahir di Roccasecca, Italia, pada tahun 1225 dari keluarga Bangsawan baik Bapakanya maupun Ibunya. Melalui Gurunya, Albertinus Magnus, Aquinas belajar tentang alam, ia berfilsafat lebih empiris dari pada orang-orang yang diikutinya. Dikatakan demikian karena ia lebih banyak menggunakan observasi terhadap alam dalam menopang argument-argumennya. Sekalipun demikian, kita tidak dapat mengatakan bahwa Aquinas menganggap bahwa penjelasan Naturalis lebih tinggi dari pada atau setingkat dengan penjelasan Metafisika. Dalam hal Kosmologi ia masih menganut Hipotesis Geosentris.
Dalam seluruh teorinya mengenai pengetahuan, Aquinas dibimbing oleh pandangannya bahwa pikir (reson) dan iman adalah tidak bertentangan. Akan tetapi, dimana batas kedua-duanya? Menurut pendapatnya, semua objek yang tidak dapat diindera tidak akan dapat diketahui secara pasti oleh akal. Oleh karena itu, kebenaran ajaran Tuhan tidak mungkin dapat diketahui dan diukur dengan akal. Kebenaran ajaran  Tuhan diterima dengan iman. Sesuatu yang tidak dapat diteliti dengan akal adalah objek iman. Pengetahuan yang diterima atas dasar iman tidaklah lebih rendah daripada pengetahuan yang diperoleh dengan akal. Paling tidak, kebenaran yang diterima oleh akal tidak akan bertentangan dengan ajaran wahyu.
Selanjutnya Aquinas mengajarkan seharusnya kita menyeimbangkan akal dan iman, akal membantu membangun dasar-dasar filsafat Kristen. Akan tetapi, harus selalu disadari bahwa hal itu tidak selalu dapat dilakukan karena akal terbatas. Akal tidak dapat memberikan penjelasan tentang kehidupan kembali (resurrection) dan penebusan dosa. Akal juga tidak mampu membuktikan kenyataan esensisal tentang keimanan Kristen. Oleh karena itu, ia berpendapat bahwa dogma-dogma Kristen itu tepat sebagaimana telah disebutkan dalam firman-firman Tuhan.
Berdasarkan uraian itu kita dapat mengetahui adanya dua jalur pengetahuan dalam filsafat Aquinas. Jalur itu ialah jalur akal yang dimulai dari manusia dan berakhir pada Tuhan. Dan yang kedua adalah jalur Tuhan ialah jalur iman yang dimulai dari Tuhan (wahyu), didukung oleh akal.
Aquinas membagi pengetahuan menjadi tiga bagian pengetahua Fisika, Matematika, dan Metafisika. Dari yang tiga Metafisika inilah yang mendapat banyak perhatian darinya. Menurut pendapatnya dapat menyajikan abstraksi tingkat tertinggi. Sehubungan dengan teorinya diatas maka didalam filsafat Aquinas filsafat dapat dibedakan dari agama dengan melihat penggunaan akal. Filsafat ditentukan oleh penjelasan sistematis akliah, sedangkan agama ditentukan oleh keimanan. Sekalipun demikian, perbedaan itu tidak terlihat begitu jelas karena pengetahuan adalah gabungan dari kedua-duanya. Agama dapat pula dibagi menjadi dua. Yang pertama adalah agama natural yang dibentangkan diatas akal, dan yang kedua adalah agama wahyu yang dibentangkan diatas iman.
Didalam doktrinnya tentang pengetahuan Aquinas adalah realis Moderat. Ia tidak sependapat dengan Plato yang mengajarkan bahwa alam semesta ini menpunyai eksistensi yang objektif. Ia mengajarkan bahwa alam semesta ini berada dalam tiga cara : pertama sebagai sebab-sebab didalam pemikiran Tuhan; kedua sebagai idea dalam pemikiran manusia; dan ketiga sebagai esensi sesuatu. Dapat dicatat disini bahwa Aquinas mencoba menjebatani dua ekstrimitas. Ekstrimitas Nominalisme dan Ekstriminitas Realisme. Nominalisme adalah suatu ajaran dalam Filsafat Skolastik yang menyatakan bahwa tidak ada eksistensi abstrk yang sungguh-sungguh objektif; yang ada hanyalah kata-kata dan nama-nama yang benar-benar real adalah fisik yang particular ini saja. Realisme adalah suatu ajaran dalam filsafat yang mengatakan bahwa realitas Universal abstrak sama dengan atau lebih tinggi dari realitas.
Aquinas melakukan harmonisasi antara kedua ekstrem itu cara memperhatikan bahwa alam semesta mempunyai berbagai pengertian bila diterapkan pada Tuhan, manusia, dan alam. Sains menurutnya, berkenaan dengan alam jenis ketig  yaitu alam sebagai esensi. Konsep-konsep sains tidak priori sebab manusia dilahirkan tidak membawa idea-idea immaterial. Menurut pendapat Aquinas pikiran tidak akan berisi apa-apa apabila tidak menggunakan indera. Proses pengetahuan dimulai dari adanya penginderaan yang memberikan kepada kita presepsi tentang objek didalam alam. Persoalan yang dihadapkan kepada Aquinas adalah bagaiamana presepsi ini diterjemahkan kedalam idea-idea yang dapat dipikirkan. Untuk menyelesaikan masalah ini Aquinas menggunakan istilah intelek aktif yang bertugas mengabstraksikan unsur-unsur dalam alam semesta lalau menciptakan jenis-jenis yang dapat dipikirkan. Intelek aktif itulah yang memberikan kepada kita keadaan susunan alam semesta. Melalui intelek aktif itu kita dapat memahami prinsip-prinsip pertama yang mengatur semua kenyataan
Pengalaman menurut Aquinas bukanlah suatu proses yang kacau pengalaman menyatakan prinsip-prinsip universal tentang eksistensi, kualitas-kualitas particular tidaklah terpisah-pisah; mereka mempunyai kualitas esensial dalam keseluruhan. Tugas sainslah untuk mengklasifikasikan dan menguraikan kualitas-kualaitas itu.
Kalau dibandingkan dengan pandangan modern tentang sains, teori Aquinas sangat berbeda. Menurut pendapat sains Modern pencapaian terbaik dalam sains adalah  bila ia lebih menjurus kepada objek-objek yang particular. Sains modern tidak memberikan penghargaan yang tinggi kepada masalah-masalah immaterial. Bagian immaterial itu merupakan bagian pembahasan metafisika. Sedangkan pada Aquinas tadi, sains akan semakin tinggi nilainya bila ia semakin universal.

E.     Karl Max (1818-1883)
Karl Heinrich Marx dilahirkan di kota Trier atau yang lebih dikenal dengan kota Traves yang merupakan sebuah kota di Jerman (Prusia) pada tanggal 5 Mei 1818. Kedua orang tua Karl Marx adalah keturunan pendeta Yahudi. Namun, pada saat Marx berumur 6 tahun kedua orang tuanya berpindah agama menjadi Nasrani.

Watak Filsafat
Dalam merumuskan pemikiran Karl Marx dikenal dua tahapan, yaitu periode awal (1841-1846) lazim disebut periode Marx muda, yakni pencerminan diri Marx betul-betul sebagai seorang filosof dan belum menjadi 'Marxist'. Pada periode ini Marx masih seorang pemikir liberal dan merumuskan konsepsi tentang manusia, pembebasan (humanisme), dan alienasi.
Tahap kedua dikenal dengan periode Marx tua (1874-1883) yakni saat Marx benar-benar menjadi seorang kritikus masyarakat. pada periode ini Marx memaparkan konsepsi perjuangan kelas, revolusi dan teori-teori ekonomi dan mencapai puncaknya pada Das Kapital.
Berdasarkan pokok pikiran yang termuat dalam karya-karyanya, maka watak filsafat Karl Marx dapat disebutkan sebagai berikut:
a.      Manusia Sebagai Mahluk Sosial
Berangkat dari realitas manusia yang kongkrit, Marx mengubah pandangan filsafat materialsme yang lama yang ia sebut sangat kontemplatif. Bagi Karl Marx, realitas inderawi haruslah dipaami sebagai subjek dari aktivitas praktis.
b.     Revolusioner
Dalam risalah pendek yang berjudul Theses on Feuerbach, tesis XI Marx menyatakan bahwa tugas para filsuf dalam menjabarkan pahamnya bukan sekedar menginterpretasikan dunia tapi justru yang pokok adalah mengubah dunia.
Revolusi yang dilakukan Marx, sesuai dengan kondisi masyarakat Eropa pada saat itu, adalah perubahan sistem kemasyarakatan secara struktural. Aktivitas revolusioner ini dibagi bertingkat-tingkat sesuai dengan fase sejarah yang sedang dilalui dan berahir dengan terwujudnya masyarakat yang tidak berkelas yakni masyarakat komunis.

Materialisme Dialektis
Materialisme dalam konteks pembahasan filsafat sering dilawankan dengan idealisme. Hal ini dikarenakan kedua aliran ini memiliki kawasan yang bertitik pisah dan masing-masing memiliki ciri serta penganut dalam sejarah kemanusiaan. Dalam filsafat materialisme didapatkan adanya anggapan dasar bahwa kenyataan berada diluar persepsi manusia, demikian juga diakui adanya kenyataan objektif sebagai penentu ahir dari ide. Sebaliknya filsafat idealisme menegaskan bahwa segenap kesadaran didasarkan pada ide-ide dan mengingkari adanya realitas dibelakang ide-ide manusia.
Materialisme mengarah kepada anggapan bahwa kenyataan yang sesungguhnya adalah benda atau materi. Karena itu, persoalan roh atau jiwa dalam aliran ini dianggap bukan sebagai substansi yang berdiri sendiri, tetapi dirumuskan sebagai akibat dari proses materi. dengan kata lain, aspek rohani manusia dipandang sebagai produk sampingan dari jasmani.
Saya sependapat dengan Max tentang Matearilisme, bahwa setiap benda tidak lansung bisa terbentuk tanpa ada materinya atau bahannya sebagai contoh patung, patung tidak lansung terbentuk tanpa ada materi atau bahannya apakah bahannya dari batu, kayu, atau lumpur.
Menurut Marx, sesungguhnya yang menjadikan manusia sebagai homo humanus adalah kerja. Dengan bekerja manusia mencapai kenyataan sepenuh-penuhnya dan dalam aktivitas bekerja pula manusia "menyatakan diri tidak seperti dalam kesadaran secara intelektual, melainkan secara berkarya, secara nyata sehingga ia memandang dirinya sendiri dalam dunia yang menciptakan sendiri.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Permulaan abad pertengahan dapat di mulai sejak Plotinus – Plotinus lahir tahun 204 M saat itu pengaruh agama Kristen sudah besar , filsafatnya berwatak spiritual. Adapun para filosof pada abad pertengahan yaitu Plotinus, Agustinus, Anselmus, Thomas Aquinas, Karl Max.
a.      Plotinus
Plotinus lahir di mesir tahun 204 M wafat tahun 270 M di Martunae Itali. belajar filsafta di Alexandria tahun 232 kepada animunios saccas selama 11 tahun. belajar kebudayaan parsi dan India dengan mengikuti raja Gordianus berperang melawan Persia.
Adapun pemikiran-pemikiran Plotinus mengenai Penciptaan, tentang jiwa, dan tentang etika.
b.     Agustinus
Augustinus lahir di Tagasta, Numidia (sekarang Algeria). Pada 13 Nopember 354. Tatkala berumur sebelas tahun ia dikirim kesekolah Madaurus. Lingkungan itu telah mempengaruhi perkembangan moral dan agamanya. Tahun 369-370 dihabiskannya dirumah sebagai penganggur, tetapi suatu bacaan tentang Cicero pada bukunya Hortensius, telah membimbingnya kefilsafat.
Diantara sekian banyak Karya Augustinus yang paling berpengaruh adalah The City of God. Karya itu muncul disebabkan oleh adanya perampasan Roma oleh pasukan Alarik. Banyak orang Roma menganggap bahwa perampasan itu terjadi karena ketidak patuhan orang-orang Roma kepada Dewa-dewa lama dan penerimaan mereka terhadap agama Kristen. Mereka juga ragu apakah tidak salah pilih dengan agama Kristen. Karena banyak yang meilih agama Kristen kemudian melakukan praktek kafir, sebagian lain menjadi orang yang ragu karena merasa Tuhan yang mereka sembah tidak mempunyai kekuatan atas alam semesta ini. Untuk menjawab masalah itu Augustinus menulis The City of God.

c.      Anselmus
Tokoh inilah yang mengeluarkan Credo Ut Intelligam yang dapat dianggap merupakan ciri utama Filsafat pada Abad Pertengahan. Ia berasal dari Bangsawan di Aosta, Italia. Seluruh kehidupannya penuhi oleh kepatuhannya kepada Gereja. Tahun 1093 ia menjadi Uskup Agung Canterbury.
Credo Ut Intelligam menggambarkan bahwa ia mendahulukan iman dari pada akal. Arti ungkapan itu adalah Percaya baru mengerti; secara lebih sederhana percayalah telebih dahulu supaya mengerti. Ia mengatakan bahwa wahyu diterima terlebih dahulu sebelum kita mulai berfikir. Jadi akal hanyalah sebagai pembantu wahyu. Pengaruh Plato besar terhadap pemikirannya.
d.     Thomas Aquinas
Ia lahir di Roccasecca, Italia, pada tahun 1225 dari keluarga Bangsawan baik Bapakanya maupun Ibunya. Melalui Gurunya, Albertinus Magnus, Aquinas belajar tentang alam, ia berfilsafat lebih empiris dari pada orang-orang yang diikutinya.
Aquinas dan Anselmus memiliki pendapat yang berbeda tentang akal dan iman. Alsemus mendahulukan iman dari pada akal, akan tetapi   Thomas Aquinas mengatakan kita menyeimbangkan akal dan iman.
Berdasarkan uraian itu kita dapat mengetahui adanya dua jalur pengetahuan dalam filsafat Aquinas. Jalur itu ialah jalur akal yang dimulai dari manusia dan berakhir pada Tuhan. Dan yang kedua adalah jalur Tuhan ialah jalur iman yang dimulai dari Tuhan (wahyu), didukung oleh akal.
Aquinas membagi pengetahuan menjadi tiga bagian pengetahua Fisika, Matematika, dan Metafisika
e.      Karl Max
Karl Heinrich Marx dilahirkan di kota Trier atau yang lebih dikenal dengan kota Traves yang merupakan sebuah kota di Jerman (Prusia) pada tanggal 5 Mei 1818. Kedua orang tua Karl Marx adalah keturunan pendeta Yahudi. Namun, pada saat Marx berumur 6 tahun kedua orang tuanya berpindah agama menjadi Nasrani.

Pokok pikiran yang termuat dalam karya-karyanya, maka watak filsafat Karl Marx dapat disebutkan sebagai berikut:
a.      Manusia Sebagai Mahluk Sosial
b.     Revolusioner
  
DAFTAR PUSTAKA

Salam, Burhanuddin. Pengantar Filsafat: (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), 191
Tafsir, Ahmad. Filsafat Umum (Bandunh: PT Remaja Rosakarya, 2008), 66.
Salam, Burhanuddin. Pengantar Filsafat: (Jakarta: PT Bumi Aksara 2003), 191.
Kebug, Kondrad. Filsafat Itu Indah: (Jakarta: Pusatakaraya, 2008), 180.
Achmadi, Asmoro. Filsafat Umum. Jakarta:  PT. Raja Grafindo. 1997.
Ramly, Andi Muawiyah. Peta Pemikiran Karl Max: (Materialisme Dialektis dan Materialisme Historis). Yogyakarta: LKIS Yogyakarta. 2000.