BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebelum membahas lebih lanjut
tentang masalah belajar, maka terlebih dahulu kita harus mengetahui definisi
masalah belajar. Apakah itu masalah? Banyak ahli mengemukakan
pengertian masalah. Ada yang melihat masalah sebagai ketidaksesuaian antara
harapan dengan kenyataan, ada yang melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan
seseorang, dan adapula yang mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak
mengenakan. Prayitno (1985)
mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan
kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu dihilangkan.
Sedangkan belajar menurut pengertian secara
psikologis, merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku
sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Beberapa pengertian belajar oleh para ahli antara lain:
1.
Belajar adalah proses perubahan pengetahuan atau perilaku sebagai hasil
dari pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu
dengan lingkungannya” ( Anita E, Wool Folk, 1995 : 196 ).
2.
Menurut ( Garry dan Kingsley, 1970 : 15 ) “Belajar adalah proses tingkah
laku (dalam arti luas), ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan”.
3.
Sedangkan menurut Gagne (1984:
77) bahwa “belajar adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah
perilakunya sebagai akibat pengalaman”.
Dari beberapa definisi masalah dan belajar maka dapat didefinisikan masalah belajar sebagai
berikut :
“Masalah belajar adalah suatu kondisi
tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan”. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan
dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan
lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan masalah belajar ?
2.
Sebutkan faktor-faktor yang menyebabkan masalah
belajar ?
3.
Apa yang dimaksud dengan faktor internal di dalam
belajar ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Masalah adalah hasil dari
kesadaran bahwa kondisi yg sekarang terjadi belumlah sempurna dan keyakinan
bahwa masa depan bisa dibuat jadi lebih baik sedangkan belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap. Dalam proses ini perubahan tidak terjadi
sekaligus tetapi terjadi secara bertahap tergantung pada faktor-faktor
pendukung belajar yang mempengaruhi seseorang.
Masalah belajar suatu kondisi tertentu yang
dialami oleh seseorang dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan.
Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa
kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan
bagi dirinya.
B.
Masalah-Masalah Belajar
Faktor-faktor penyebab masalah belajar dapat digolongkan ke dalam dua
faktor, yaitu :
·
Faktor Internal
·
Faktor Eksternal
Dari faktor-faktor internal dan eksternal dapat
mempengaruhi siswa sehingga menampakkan gejala-gejala yang bisa diamati oleh
orang lain (guru, pembimbing). Beberapa gejala sebagai pertanda adanya
kesulitan belajar misalnya :
a.
Menunjukkan prestasi yang rendah atau di bawah
rata-rata.
b.
Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
Ia berusaha dengan keras tetapi nilainya selalu rendah.
c.
Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar. Ia selalu
tertinggal dengan kawan-kawannya dalam segala hal, misalnya: dalam mengerjakan
soal-soal, dalam menyelesaikan tugas-tugas.
d.
Bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu
kondisi murid yang kegiatannya atau perbuatan belajarnya sehari-hari
antagonistik dengan seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur-ulur
waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui,
acuh tak acuh, berpura-pura, dusta dan lain-lain.
e.
Menunjukkan tingkah laku yang berlainan seperti :
mudah tersinggung, murung, pemarah, bingung, cemberut, selalu sedih.
f.
Sering tidak sekolah, yaitu murid-murid yang sering tidak hadir atau
menderita sakit dalam waktu yang cukup lama sehingga kehilangan sebagian besar
kegiatan belajarnya.
C.
Faktor Internal dalam Belajar
Faktor internal adalah Faktor yang timbul dari dalam diri manusia itu sendiri. Antara lain faktor fisiologi
(bersifat fisik) dan faktor psikologi (keadaan jiwa dan rohani) :
a.
Fisiologis
Faktor Fisiologis adalah sesuatu kondisi yang
berhubungan dengan jasmani seseorang, antara lain:
1.
Karena sakit. Seorang anak yang sedang sakit, tentunya akan mengalami kelemahan secara
fisik, dengan saraf sensoris dan motorisnya yang lemah sehingga proses menerima
pelajaran, memahami pelajaran menjadi tidak baik dan akan
tertinggal dalam pelajaran.
2.
Karena kurang sehat. Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan
belajar, sebab ia mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang
kurang semangat, pikiran terganggu. Karena hal-hal ini penerimaan dan respon
pelajaran berkurang, saraf otak tak mampu bekerja secara optimal memproses, mengelola,
menginterpretasi dan mengorganisir bahan pelajaran melalui inderanya.
3.
Karena cacat tubuh. yang dapat kita bagi lagi menjadi cacat tubuh yang ringan seperti kurang
pendengaran, kurang penglihatan, serta gangguan gerak, serta cacat tubuh yang
tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, dan lain sebagainya.
b.
Psikologis
Faktor Psikologis adalah suatu kondisi yang
berhubungan dengan keadaan kejiwaan siswa. Faktor ini dapat dibedakan menjadi:
1.
Intelligensi yang dimiliki oleh anak. Anak
yang memiliki IQ cerdas (110 – 140), atu genius (lebih dari 140) memiliki
potensi untuk memahami pelajaran dengan cepat. Sedangkan anak-anak yang
tergolong sedang (90 – 110) tentunya tidak terlalu mengalami masalah walaupun
juga pencapaiannya tidak terlalu tinggi. Sedangkan anak yang memiliki IQ
dibawah 90 ataubahkan dibawah 60 tentunya memiliki potensi mengalami kesulitan
dalam masalah belajar. Untuk itu, maka orang tua, serta guru perlu mengetahui
tingkat IQ yang dimiliki anak atau anak didiknya.
2.
Bakat. Bakat adalah
potensi/kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Setiap individu mempunyai
bakat yang berbeda-beda. Seseorang yang berbakat musik mungkin di bidang lain
ketinggalan.
3.
Minat. Tidak adanya
minat seseorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar.
Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak
sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai dengan kecakapannya sehingga menimbulkan
problema pada dirinya.
4.
Motivasi. Adalah keadaan
internal manusia yang mendorong untuk berbuat sesuatu. Fungsi motivasi adalah
mendorong sesorang untuk interes pada kegiatan yang akan dikerjakan, menentukan
arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai, dan mendorong
seseorang untuk mencapai prestasi, yakni dengan adanya motivasi yang baik dalam
belajar, akan menunjukkan hasil belajar yang baik.
5.
Faktor Kesehatan Mental. Hubungan kesehatan mental dengan belajar adalah timbal balik. Karena
kesehatan mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan hasil belajar yang baik.
6.
Tipe-Tipe Khusus seorang pelajar. Kita mengenal tipe-tipe belajar
seorang anak. Ada tipe audio, visual, motorik dan campuran.
D.
Mengidentifikasi
murid yang diperkirakan mengalami masalah belajar
Murid yang mengalami masalah belajar, dapat diidentifikasi melalui
tes hasil belajar, tes kemampuan dasar, skala pengungkapan sikap dan kebiasaan
belajar.
1.
Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar adalah alat yang disusun untuk mengungkapkan
sejauh mana murid telah mencapai tujuan-tujuan pengajaran yang ditetapkan
sebelumnya murid-murid dikatakan telah mencapai tujuan pengajaran apabila dia
telah menguasai sebagian besar materi yang berhubungan dengan tujuan pengajaran
yang telah ditetapkan. Ketentuan ini merupakan penerapan dari belajar tuntas (mastery
learning) yang didasarkan pada asumsi bahwa setiap murid dapat mencapai hasil
belajar sesuai yang diharapkan jika diberi waktu yang cukup dan bimbingan yang
memadai untuk mempelajari bahan yang disajikan. Ketentuan penguasaan bahan
ditentukan dengan menetapkan patokan, yaitu presentasi minimal yang harus
dicapai oleh murid yang belum menguasai bahan pelajaran sesuai dengan patokan
yang ditetapkan, dikatakan belum menguasai tujuan pengajaran. Murid yang
seperti ini digolongkan sebagai murid yang mengalami masalah belajar dan
memerlukan bantuan khusus, sedangkan murid yang sudah menguasai secara tuntas
semua bahan-bahan yang disajikan sebelum batas waktu yang ditetapkan berakhir,
digolongkan sebagai murid yang sangat cepat dalam belajar. Mereka ini patut
untuk mendapatkan pelajaran tambahan.
2.
Tes Kemampuan Dasar
Setiap murid mempunyai kemampuan dasar atau kecerdasan tertentu.
Tingkat kemampuan ini biasanya diukur atau diungkapkan dengan menggunakan tes
kecerdasan yang sudah baku.
Diasumsikan bahwa anak normal, memiliki tingkat kecerdasan (I Q) antara 90-109. Hasil yang dicapai murid hendaknya dapat mencerminkan tingkat kemampuan yang dimilikinya. Murid yang kemampuan dasarnya tinggi akan mencapai hasil belajar yang tinggi pula. Bilamana seseorang murid mencapai hasil belajar yang lebih rendah dari tingkat kecerdasan yang dimilikinya, maka murid yang bersangkutan digolongkan sebagai yang mengalami masalah belajar. ( menurut Gagne 1967 ).
Diasumsikan bahwa anak normal, memiliki tingkat kecerdasan (I Q) antara 90-109. Hasil yang dicapai murid hendaknya dapat mencerminkan tingkat kemampuan yang dimilikinya. Murid yang kemampuan dasarnya tinggi akan mencapai hasil belajar yang tinggi pula. Bilamana seseorang murid mencapai hasil belajar yang lebih rendah dari tingkat kecerdasan yang dimilikinya, maka murid yang bersangkutan digolongkan sebagai yang mengalami masalah belajar. ( menurut Gagne 1967 ).
3.
Skala Sikap dan Kebiasaan Belajar
Sikap dan kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor yang
penting dalam belajar. Sebagian dari hasil belajar, ditentukan oleh sikap dan
kebiasaan yang dilakukan oleh murid dalam belajar. Kebiasaan belajar menunjuk
pada bentuk dan pola perilaku yang dilakukan terus menerus oleh murid dalam
belajar.
Sebagian dari sikap kebiasaan belajar murid, dapat diketahui melalui pengamatan yang dilakukan di dalam kelas. Misalnya, dalam hal mengerjakan tugas-tugas, membaca buku, membuat catatan dan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan belajar murid. Tetapi pengamatan biasanya terbatas pada sikap dan kebiasaan yang diterima oleh alat indera. Untuk mengungkapkan sikap dan kebiasaan yang lebih luas telah dikembangkan beberapa alat berupa “skala sikap dan kebiasaan belajar”. Alat ini akan dapat mengungkapkan derajat cara murid mengerjakan tugas-tugas sekolah, sikap terhadap guru, sikap dalam menerima pelajaran dan kebiasaan dalam melaksanakan kegiatan belajar.
Sebagian dari sikap kebiasaan belajar murid, dapat diketahui melalui pengamatan yang dilakukan di dalam kelas. Misalnya, dalam hal mengerjakan tugas-tugas, membaca buku, membuat catatan dan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan belajar murid. Tetapi pengamatan biasanya terbatas pada sikap dan kebiasaan yang diterima oleh alat indera. Untuk mengungkapkan sikap dan kebiasaan yang lebih luas telah dikembangkan beberapa alat berupa “skala sikap dan kebiasaan belajar”. Alat ini akan dapat mengungkapkan derajat cara murid mengerjakan tugas-tugas sekolah, sikap terhadap guru, sikap dalam menerima pelajaran dan kebiasaan dalam melaksanakan kegiatan belajar.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang
dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan.
Faktor-faktor penyebab masalah belajar dapat digolongkan ke dalam dua
faktor, yaitu : (1) Faktor Internal dan (2) Faktor Eksternal.
Faktor Internal adalah Faktor
yang timbul dari dalam diri manusia itu sendiri. Faktor ini dibedakan menjadi 2 ,
yaitu:
faktor fisiologi (bersifat fisik) seperti: karena sakit, kurang
sehat, dan cacat tubuh. Dan faktor
psikologi (keadaan jiwa dan rohani)
seperti: intelegensi, bakat, minat, motivasi faktor kesehatan mental, dan
tipe-tipe khusus.
Kemudian murid yang mengalami masalah belajar, dapat
diidentifikasi melalui tes hasil belajar, tes kemampuan dasar, skala
pengungkapan sikap dan kebiasaan belajar.
B.
Saran
Mudah-mudahan makalah kami ini dapat menjadi behan pelajaran untuk
kita semua sebagai calon pendidik, agar supaya kita dapat mengetahui masalah
yang sedang dihadapi oleh peserta didik kita sehingga kita dapat membantu
memecahkan masalahnya agar prestasi belajarnya tidak menurun.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Supriyono,
Widodo.1991. Psikologi Belajar. Solo:
Rineka cipta.
Partowisastro, Koestoer dan
Hadisuparto, A. 1986. Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Partowisastro, Koestoer dan
Hadisuparto, A. 1986. Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Sinegar, Eviline dan Nara,
Hartini. 2007. Buku Ajar Teori Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta: UNJ.
Dr. Mary Go Setiawani. 2000.
Menerobos Dunia Anak. Bandung: Yayasan Kalam Hidup,
http://www.e-dukasi.net/pengpop/pp_full.php?ppid=314&fname= materi4. html
http://makalah-fifacom.blogspot.com/2009/03/diagnosa-belajar-siswa.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar